SwaraWarta.co.id – Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas. Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah memerintahkan serangan terhadap Ukraina dengan menggunakan rudal balistik antar benua (ICBM).
Langkah ini memperlihatkan eskalasi tajam dalam perang yang telah berlangsung sejak awal tahun 2022.
Menurut laporan dari media internasional, rudal balistik tersebut diluncurkan dari pangkalan militer strategis Rusia dan diarahkan ke sejumlah wilayah di Ukraina yang dianggap memiliki nilai penting bagi pertahanan negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Serangan ini diduga merupakan respons terhadap peningkatan bantuan militer Barat kepada Ukraina, yang oleh Kremlin dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Rusia. Serangan ini mengejutkan komunitas internasional.
Penggunaan Rudal ICBM dalam konflik konvensional menjadi salah satu langkah paling agresif yang diambil Rusia selama perang berlangsung.
Rudal balistik antar benua dikenal sebagai senjata dengan daya hancur besar, yang biasanya dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir.
Namun, hingga saat ini, tidak ada indikasi bahwa senjata nuklir digunakan dalam serangan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa rudal tersebut dilengkapi dengan hulu ledak konvensional yang ditujukan untuk menghancurkan target militer strategis Ukraina.
Reaksi dari Dunia Internasional
Serangan ini memicu kecaman keras dari berbagai negara. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyerukan penghentian segera kekerasan dan meminta kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan.
“Penggunaan senjata semacam ini hanya akan memperburuk situasi dan membawa risiko bagi perdamaian global,” ujar Guterres.
NATO juga mengadakan pertemuan darurat untuk membahas respons terhadap langkah agresif Rusia.
Beberapa negara anggota aliansi tersebut mendesak agar sanksi baru segera diberlakukan untuk menekan Rusia.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa serangan tersebut tidak akan melemahkan semangat rakyat Ukraina. “Kami telah menghadapi agresi selama hampir dua tahun, dan kami tidak akan mundur. Dunia harus bersatu untuk menghentikan tindakan barbar ini,” kata Zelensky dalam pidatonya.
Ukraina juga dilaporkan telah meningkatkan sistem pertahanan udaranya untuk mengantisipasi serangan lebih lanjut. Sejumlah pakar memperingatkan bahwa eskalasi seperti ini dapat memicu konflik yang lebih luas jika tidak segera diredam.