SwaraWarta.co.id – Di tengah fokus para orang tua yang sangat besar pada pendidikan akademik, seringkali pendidikan akhlak terlupakan atau hanya dianggap sebagai hal sekunder.
Banyak orang tua saat ini berlomba-lomba memasukkan anak-anak mereka ke lembaga-lembaga bimbingan akademik demi mencapai prestasi terbaik.
Mereka menginginkan anak-anaknya unggul dalam bidang akademik dan menuntut mereka untuk menguasai berbagai disiplin ilmu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, apakah hanya dengan prestasi akademik masa depan anak bisa terjamin?
Pertanyaan ini perlu dijawab dengan mempertimbangkan keseimbangan antara akademik dan pembentukan karakter.
Memang benar, kemampuan akademik akan membantu anak dalam meniti karier dan mencapai keberhasilan di bidang tertentu.
Akan tetapi, akhlak atau karakter yang baik akan membentuk pondasi kuat dalam kehidupan sosial dan moral mereka, yang penting untuk menjalani hidup dengan integritas.
Menurut beberapa pengamatan, menguasai pelajaran akademik, seperti matematika, dapat dicapai dalam waktu relatif singkat dibandingkan membentuk karakter yang baik.
Karakter yang kuat dan berakhlak membutuhkan proses yang panjang, bahkan bisa memakan waktu lebih dari satu dekade.
Anak membutuhkan waktu sekitar 12 tahun untuk benar-benar membentuk kepribadian yang solid, di mana pembentukan karakter ini tidak hanya diperoleh dari materi ajar di kelas, tetapi juga dari keteladanan dan praktek dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, pendidikan akhlak perlu diterapkan sejak dini agar anak dapat mengembangkan sikap positif dan kebiasaan baik secara berkelanjutan.
Pendidikan akhlak tidak bisa dibentuk secara instan.
Jika aspek akhlak diabaikan sejak kecil, karakter anak akan terbentuk secara alamiah dari lingkungan sekitarnya, yang mungkin saja tidak selalu positif.
Lingkungan tanpa arahan yang baik bisa berpotensi membentuk kepribadian yang kurang baik, sehingga pendidikan akhlak sejak dini memiliki peran penting untuk mencegah hal tersebut.
Dalam pandangan ini, tugas orang tua tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai moral yang diajarkan kepada anak-anak mereka.
Pendidikan akhlak harus diintegrasikan dalam keseharian anak dengan membiasakan perilaku sopan, jujur, tanggung jawab, dan sikap empati.
Melalui pendekatan ini, anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki hati yang baik dan penuh tanggung jawab.
Pendidikan akhlak layak mendapat perhatian lebih besar dari orang tua sejak dini, sejalan dengan pendidikan akademik.
Memprioritaskan pendidikan akhlak tidak berarti mengesampingkan akademik, namun memastikan bahwa anak memiliki dasar karakter yang kuat.
Dengan karakter yang baik, kemampuan akademik yang mereka miliki dapat lebih bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat luas.
Orang tua yang bijak sebaiknya berupaya menciptakan keseimbangan antara pendidikan akademik dan pendidikan akhlak untuk mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.
Akhirnya, ketika anak berhasil dalam akademik dan berakhlak mulia, mereka akan siap menghadapi tantangan hidup dengan kemampuan dan moral yang kuat.***