Klarifikasi Engky Bastian: Benih Padi yang Diklaim Cabup Sugiri Bukan Karya Warga Ponorogo

- Redaksi

Friday, 1 November 2024 - 05:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi petani padi (Dok. Ist)

Ilustrasi petani padi (Dok. Ist)

SwaraWarta.co.id – Dalam debat perdana, Cabup Sugiri Sancoko mengklaim bahwa benih padi yang bisa menghasilkan panen hingga 14 ton per hektare adalah karya warga Ponorogo.

Namun, klaim ini ternyata keliru. Benih padi yang disebut sebagai varietas Kreasi Insan Petani (KIP) tersebut sebenarnya diciptakan oleh Prof. Hariyadi, bukan warga Ponorogo.

Engky Bastian, sosok yang mengenalkan Sugiri dan Lisdyarita kepada Prof. Hariyadi, akhirnya angkat bicara.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Saya lihat debat dari live platform digital. Kaget nama saya kok disebut-sebut. Sejauh ini fakta apa yang terjadi sebenarnya banyak masyarakat tidak tahu. Apa yang dikatakan itu kurang pas kalau menurut saya. Tidak sesuai fakta,” tutur Eba, panggilan akrab Engky Bastian saat ditanya wartawan, Rabu (30/10/2024).

Eba menegaskan bahwa penemu benih padi KIP bukan warga Ponorogo, seperti yang diucapkan Sugiri ketika Presiden Jokowi berkunjung ke Ponorogo untuk meresmikan Waduk Bendo.

Baca Juga :  Riwayat Pendidikan Anies Baswedan: Dari TK hingga S3

“Benih itu penemunya Prof. Hariyadi dari Malang. Dan benih itu awalnya namanya HMS. Waktu itu, tim pak Giri termasuk saya mengenalkan pak Giri dan Bu Lisdyarita ke Profesor Hariyadi,” terang Eba.

Menurut Eba, tim Sugiri, termasuk dirinya, mengatur pertemuan antara Sugiri, Lisdyarita, dan Prof. Hariyadi di Pusat Kajian Pertanian Organik Terpadu (PKPOT) di Pakisaji, Malang.

Di sana, mereka melihat tanaman padi HMS yang mampu menghasilkan hingga 14 ton per hektare. Dengan perlakuan khusus, Prof. Hariyadi bahkan berhasil mencapai hasil 16 ton per hektare.

Sugiri pun menawarkan Prof. Hariyadi untuk menjadi ketua Pusat Pengembangan Pertanian Ponorogo (P4).

Dalam kesepakatan ini, jika benih tersebut berhasil dikembangkan di Ponorogo, nama benih bisa dipatenkan sebagai KIP, diklaim sebagai ciptaan warga Ponorogo, dan diurus legalitasnya di Kementerian Pertanian.

Baca Juga :  Sugiri Sancoko Terima Surat Tugas dari PAN, Apa Isinya?

“Karena tertarik, Giri menawarkan ke Prof. Hariyadi ke Ponorogo untuk jadi ketua P4 (Pusat Pengembangan Pertanian Ponorogo). Termasuk menawarkan untuk benih itu kalau berhasil bisa dipatenkan dan jadi benih KIP dan diklaim ciptaan masyarakat Ponorogo. Termasuk mengurus legal standing ke Kementan. Tapi Pak Giri harus mengganti senilai sekitar Rp 1 Miliar untuk biaya pengurusan dokumen ke Kementan dan hak cipta,” papar Eba.

Namun, Sugiri harus menyediakan dana sekitar Rp1 miliar untuk biaya pengurusan dokumen dan hak cipta.

Prof. Hariyadi setuju dan memulai uji coba di dua lahan seluas 2 hektare di Desa Babadan.

“Saat itu, Prof. Hariyadi setuju. Kemudian melakukan uji coba atau demplot di lahan di Babadan, total ada 2 hektar. 1 hektar di selatan pabrik mori di Desa Babadan, sama 1 hektar di utara Babadan. Dengan pelaksanaan dan pengawasan penuh Prof. Hariyadi,” tandas Eba.

Baca Juga :  Ketua Tim RIDO Sebut Banyak Pendukungnya Tak Dapat Surat Undangan Pencoblosan

Penanaman ini diawasi langsung oleh Prof. Hariyadi. Namun, sebulan kemudian, Prof. Hariyadi merasa kecewa karena janji yang disampaikan sebelumnya tidak dipenuhi.

Akibatnya, nutrisi tambahan untuk tanaman padi dihentikan, sehingga hasil panen hanya mencapai 5 ton per hektare, jauh dari target semula.

“Padi terus tumbuh tapi tidak sesuai ekspektasi, karena hasilnya hanya 5 ton per hektar,” papar Eba.

Eba juga menyebutkan bahwa dalam debat, Sugiri menyatakan bahwa benih padi KIP masih dalam tahap penelitian.

Namun, kenyataannya, proyek tersebut sudah dihentikan karena kekecewaan Prof. Hariyadi terhadap komitmen yang tidak dipenuhi.

Berita Terkait

Mbok Yem Meninggal Dunia, Warung Gunung Lawu Kehilangan Sosok Legendaris
Mulai 1 Mei 2025, Beli BBM di Jakarta Dikenakan Pajak 10%
Berapa Biaya Nembak SIM C? Risiko dan Konsekuensi yang Perlu Diketahui
Brebes Dilanda Fenomena Tanah Bergerak, Kemensos Kirim Bantuan
SMP Katolik di Ponorogo Gelar Ibadah Arwah guna Kenang Arwah Paus Fransiskus
Presiden Prabowo Subianto Bakal Kirim Perwakilan untuk Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
Hakim Eko Aryanto yang Tangani Harvey Moeis Dimutasi ke PN Sidoarjo
Tawuran Pelajar Pecah di Jatinegara, 20 Remaja Diamankan Polisi

Berita Terkait

Wednesday, 23 April 2025 - 17:15 WIB

Mbok Yem Meninggal Dunia, Warung Gunung Lawu Kehilangan Sosok Legendaris

Wednesday, 23 April 2025 - 15:18 WIB

Mulai 1 Mei 2025, Beli BBM di Jakarta Dikenakan Pajak 10%

Wednesday, 23 April 2025 - 15:01 WIB

Berapa Biaya Nembak SIM C? Risiko dan Konsekuensi yang Perlu Diketahui

Wednesday, 23 April 2025 - 10:49 WIB

Brebes Dilanda Fenomena Tanah Bergerak, Kemensos Kirim Bantuan

Wednesday, 23 April 2025 - 10:45 WIB

SMP Katolik di Ponorogo Gelar Ibadah Arwah guna Kenang Arwah Paus Fransiskus

Berita Terbaru

Cara Mudah Daftar Shopee Food untuk Mitra Bisnis

Teknologi

Cara Mudah Daftar Shopee Food untuk Mitra Bisnis

Wednesday, 23 Apr 2025 - 15:23 WIB

Beli BBM di Jakarta Dikenakan Pajak 10%

Berita

Mulai 1 Mei 2025, Beli BBM di Jakarta Dikenakan Pajak 10%

Wednesday, 23 Apr 2025 - 15:18 WIB

berapa ukuran cetak kartu UTBK 2025

Pendidikan

Jangan Sampai Salah! Ini Ukuran Cetak Kartu UTBK 2025 yang Benar

Wednesday, 23 Apr 2025 - 15:11 WIB