SwaraWarta.co.id – Konflik dan tantangan di tempat kerja adalah hal yang wajar terjadi, terutama di organisasi atau lingkungan kerja yang dinamis. Salah satu tantangan yang sering dihadapi karyawan adalah tekanan dari lingkungan eksternal, termasuk dalam hal transportasi dan mobilitas. Artikel ini akan membahas bagaimana situasi seperti ini dapat memengaruhi keputusan karier seseorang, dengan mengacu pada teori motivasi Alderfer.
Pertanyaan:
Kerasnya Stasiun Manggarai dirasakan salah satu karyawan yang sampai mengundurkan diri atau resign dari pekerjaannya karena tidak kuat melawan ganasnya kerumunan penumpang KRL atau Commuter Line saat dan setelah jam pulang kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemudian, Siti juga menilai waktu antar kereta sangat terbatas untuk bisa naik kereta tepat waktu. Kadang kala, fasilitas di Stasiun Manggarai juga tidak berfungsi, seperti lift.
Saat ini, Siti rela mengundurkan diri dan mencoba pengalaman baru dengan bekerja di bidang yang lain. Padahal, saat ini dirinya telah bekerja sebagai pegawai tetap.
Menurut Siti, kesehatan mental sangat penting, sehingga dirinya memilih mengembangkan karir di jalur yang beda, dibanding harus berdesak-desakan di Stasiun Manggarai
Berdasarkan teori motivasi Aldelver, kebutuhan motivasi apa yang ingin Siti penuhi?
Jawaban :
Fenomena KRL dan Tantangan Stasiun Manggarai
Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan moda transportasi andalan bagi banyak pekerja di kawasan Jabodetabek. Dengan tarif yang terjangkau dan jadwal perjalanan yang relatif sering, KRL menjadi pilihan utama untuk mobilitas harian. Namun, di balik manfaatnya, penggunaan KRL juga menghadirkan sejumlah tantangan. Salah satu lokasi yang terkenal dengan kondisinya yang penuh tekanan adalah Stasiun Manggarai.
Beberapa tantangan yang sering dihadapi pengguna KRL di Stasiun Manggarai antara lain:
- Kerumunan yang padat saat jam sibuk, baik pagi maupun sore hari.
- Waktu antar kereta yang singkat, sehingga penumpang harus bergerak cepat untuk menaiki kereta tepat waktu.
- Fasilitas yang tidak selalu berfungsi optimal, seperti lift dan eskalator, yang menghambat aksesibilitas.
Kondisi ini membuat banyak pengguna merasa stres, termasuk Siti, seorang karyawan tetap yang akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Siti merasa bahwa tantangan ini berdampak buruk pada kesehatan mentalnya, sehingga ia memilih untuk mencari karier yang lebih mendukung kesejahteraan pribadinya.
Keputusan Siti untuk Resign: Sebuah Analisis Motivasi
Dalam dunia kerja, keputusan untuk berhenti dari pekerjaan yang stabil bukanlah hal yang mudah. Namun, bagi Siti, kesehatan mental adalah prioritas utama. Keputusannya untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencoba jalur karier baru mencerminkan pemenuhan kebutuhan tertentu, yang dapat dijelaskan melalui teori motivasi Alderfer.
Teori Motivasi Alderfer
Teori ini, yang dikenal dengan nama ERG Theory (Existence, Relatedness, Growth), menjelaskan bahwa kebutuhan manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama:
- Kebutuhan Eksistensi (Existence): Berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti gaji, fasilitas, dan keamanan fisik.
- Kebutuhan Hubungan (Relatedness): Mencakup kebutuhan untuk membangun hubungan sosial dan merasa diterima dalam komunitas.
- Kebutuhan Pertumbuhan (Growth): Berkaitan dengan keinginan untuk berkembang secara pribadi dan profesional.
Motivasi Siti Menurut Teori Alderfer
Keputusan Siti dapat dianalisis sebagai berikut:
- Eksistensi: Meski Siti sudah mendapatkan gaji tetap dan status sebagai pegawai tetap, kebutuhan eksistensinya tidak cukup terpenuhi karena kondisi transportasi yang buruk memengaruhi kesejahteraan fisiknya.
- Hubungan: Tekanan yang dihadapi di Stasiun Manggarai mengurangi kualitas interaksinya dengan rekan kerja dan keluarga, sehingga kebutuhan hubungan pun terganggu.
- Pertumbuhan: Siti merasa bahwa mempertahankan pekerjaannya di lingkungan yang penuh tekanan tidak mendukung perkembangan dirinya secara mental dan emosional. Oleh karena itu, ia memilih untuk mengejar peluang baru yang memberikan rasa nyaman dan peluang untuk berkembang.
Pentingnya Kesehatan Mental dalam Dunia Kerja
Kasus Siti menunjukkan bahwa kesehatan mental memiliki peran penting dalam menentukan kepuasan dan produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang tidak mendukung kesejahteraan mental dapat memicu stres, kelelahan, hingga keputusan resign. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh organisasi untuk menjaga kesehatan mental karyawan:
- Penyediaan Fasilitas Pendukung:
- Memastikan fasilitas transportasi dan aksesibilitas yang memadai untuk karyawan.
- Memberikan fleksibilitas kerja, seperti opsi kerja jarak jauh, untuk mengurangi tekanan mobilitas.
- Mekanisme Penyelesaian Konflik:
- Membuka ruang untuk dialog dan negosiasi terkait tantangan yang dihadapi karyawan.
- Memberikan solusi konkret terhadap keluhan, misalnya bekerja sama dengan penyedia transportasi untuk meningkatkan layanan.
- Peningkatan Kesadaran tentang Kesehatan Mental:
- Mengadakan program pelatihan atau konseling untuk mendukung kesejahteraan mental karyawan.
- Mendorong budaya kerja yang sehat dan menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Kesimpulan
Keputusan Siti untuk meninggalkan pekerjaannya yang stabil demi kesehatan mental adalah contoh nyata bagaimana kebutuhan motivasi dapat memengaruhi pilihan karier seseorang. Dalam teori motivasi Alderfer, keputusannya mencerminkan kebutuhan untuk memenuhi aspek eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan.
Kasus ini mengingatkan kita bahwa organisasi perlu memperhatikan kesejahteraan mental karyawan sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas. Dengan menyediakan fasilitas yang memadai, mendukung mekanisme penyelesaian konflik, dan memprioritaskan kesehatan mental, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan harmonis.
Meta Description