SwaraWarta.co.id – Dalam komunikasi pemasaran, pendekatan classical conditioning atau pengondisian klasik adalah teknik psikologis yang memanfaatkan proses belajar untuk mengaitkan produk atau merek dengan respons emosional tertentu. Pengondisian klasik pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov, seorang ahli fisiologi Rusia, melalui eksperimen yang menunjukkan bahwa anjing dapat belajar untuk mengasosiasikan bel dengan makanan, sehingga bel tersebut memicu respons mengeluarkan air liur, meskipun makanan tidak hadir. Dalam pemasaran, prinsip ini diterapkan untuk membangun asosiasi positif terhadap produk atau merek dalam benak konsumen.
Artikel ini akan membahas dasar-dasar konsep classical conditioning, contoh penerapannya dalam komunikasi pemasaran, dan bagaimana strategi ini dapat meningkatkan daya tarik produk di mata konsumen.
1. Memahami Classical Conditioning dalam Konteks Pemasaran
Classical conditioning adalah proses pembelajaran di mana stimulus netral dikaitkan dengan stimulus lain yang menghasilkan respons tertentu. Melalui pengulangan, stimulus netral ini mulai memicu respons yang sama meskipun stimulus asli tidak lagi ada. Dalam pemasaran, classical conditioning sering digunakan untuk menciptakan asosiasi emosional yang positif terhadap suatu merek atau produk melalui iklan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai contoh, jika sebuah merek selalu menampilkan iklan dengan musik yang menyenangkan atau menggunakan model yang populer, konsumen akan mulai mengasosiasikan merek tersebut dengan perasaan bahagia atau aspiratif. Dengan kata lain, konsumen yang awalnya netral terhadap produk tersebut akhirnya terpengaruh secara emosional.
2. Contoh Penerapan Classical Conditioning dalam Komunikasi Pemasaran
Berikut adalah beberapa contoh komunikasi pemasaran yang menggunakan pendekatan classical conditioning:
a. Iklan Minuman Ringan dengan Musik yang Menyenangkan
Banyak iklan minuman ringan menggunakan musik yang energik dan suasana yang ceria. Musik ini berfungsi sebagai stimulus netral, sementara kesegaran dan kenikmatan yang dirasakan saat minum menjadi stimulus utama. Dengan sering melihat iklan tersebut, konsumen mulai mengaitkan musik atau bahkan warna kemasan minuman tersebut dengan rasa segar. Hasilnya, setiap kali melihat produk tersebut, konsumen akan merasa terdorong untuk membeli dan menikmati minuman tersebut untuk merasakan sensasi kesegaran yang sama.
b. Pemasaran Parfum dengan Penggunaan Model yang Menarik
Dalam pemasaran parfum, sering kali digunakan model yang menarik dan lingkungan yang mewah. Model tersebut menimbulkan perasaan keinginan dan daya tarik, di mana konsumen merasa terpikat dan terinspirasi. Dalam hal ini, model atau suasana mewah tersebut menjadi stimulus utama yang menimbulkan keinginan dalam diri konsumen, sedangkan parfum adalah stimulus netral. Ketika konsumen melihat merek parfum tersebut berulang kali dalam iklan, mereka mulai mengaitkan parfum dengan daya tarik yang dihadirkan dalam iklan, membuat mereka merasa tertarik untuk membeli.
c. Iklan Mobil dengan Latar Pemandangan Alam yang Indah
Iklan mobil yang menampilkan pemandangan indah atau jalanan sepi yang luas adalah contoh lain dari penerapan classical conditioning. Lingkungan yang indah dan menenangkan ini berfungsi sebagai stimulus yang dapat memunculkan perasaan kebebasan dan relaksasi pada konsumen. Mobil itu sendiri merupakan stimulus netral, namun dengan pengulangan, konsumen akan mulai mengaitkan perasaan kebebasan dan kenyamanan dengan merek mobil tersebut. Hal ini mendorong konsumen untuk membeli mobil dengan harapan mereka akan merasakan kebebasan yang sama.
3. Mengapa Pendekatan Classical Conditioning Efektif dalam Pemasaran?
Pendekatan classical conditioning dalam komunikasi pemasaran efektif karena memanfaatkan emosi dan asosiasi positif untuk mempengaruhi persepsi konsumen. Alasan pendekatan ini sering berhasil meliputi beberapa faktor:
a. Membangun Citra Positif Terhadap Merek
Dengan mengaitkan produk atau merek dengan sesuatu yang positif, perusahaan dapat membangun citra positif dalam benak konsumen. Misalnya, dengan menampilkan produk bersama dengan musik atau gambar yang menyenangkan, merek tersebut akan tampak lebih menarik dan menyenangkan di mata konsumen.
b. Menjadi Lebih Mudah Diingat
Pendekatan classical conditioning juga membantu konsumen mengingat produk atau merek dengan lebih mudah. Ketika konsumen mengaitkan merek dengan elemen-elemen tertentu, seperti warna, musik, atau gambar, mereka akan lebih mudah mengenal dan mengingat merek tersebut.
c. Memicu Pembelian yang Berulang
Pendekatan ini juga dapat memicu pembelian berulang. Ketika konsumen sudah memiliki asosiasi positif terhadap merek atau produk, mereka akan cenderung melakukan pembelian yang berulang karena pengalaman atau perasaan positif yang terbangun di benak mereka.
4. Studi Kasus: Penerapan Classical Conditioning pada Produk Perawatan Pribadi
Sebagai studi kasus, mari kita lihat bagaimana salah satu merek sabun terkenal memanfaatkan teknik classical conditioning dalam iklannya. Dalam iklan mereka, merek sabun tersebut selalu menampilkan model yang terlihat bersih, segar, dan penuh energi setelah menggunakan produk. Lingkungan yang cerah dan musik yang riang juga sering menjadi bagian dari iklan mereka.
Model yang terlihat bersih dan segar ini menciptakan stimulus positif di mana konsumen mulai mengasosiasikan produk dengan sensasi kebersihan dan kesegaran. Musik yang riang menambah suasana menyenangkan dalam iklan tersebut. Akhirnya, setiap kali konsumen melihat produk sabun ini di toko, mereka akan mengingat iklan tersebut dan merasa terdorong untuk membeli karena asosiasi yang telah terbentuk.
5. Kesimpulan: Pentingnya Pendekatan Classical Conditioning dalam Komunikasi Pemasaran
Pendekatan classical conditioning adalah salah satu teknik komunikasi pemasaran yang sangat efektif, terutama dalam menciptakan asosiasi positif terhadap produk atau merek. Teknik ini dapat membantu produk menjadi lebih diingat, menimbulkan citra positif, dan mendorong pembelian berulang di kalangan konsumen.
Dengan menciptakan iklan yang dapat membangkitkan emosi positif dan mengaitkannya dengan produk, perusahaan dapat mempengaruhi persepsi konsumen secara efektif. Pendekatan ini juga membuktikan bahwa komunikasi pemasaran tidak hanya tentang menginformasikan produk, tetapi juga tentang membangun pengalaman dan perasaan yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen.