SwaraWarta.co.id – Perselisihan antara Lee Hsien Loong, mantan Perdana Menteri Singapura, dan adiknya Lee Hsien Yang, mencuat ke publik pada tahun 2017.
Penyebab utama konflik ini adalah perbedaan pandangan mengenai nasib rumah warisan ayah mereka, Lee Kuan Yew, di Kota Singapura
,
a. Loong ingin mempertahankan rumah itu sebagai situs bersejarah, karena menganggapnya sebagai bagian penting dari warisan Lee Kuan Yew untuk Singapura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di sisi lain, Yang dan adik perempuan mereka, Lee Wei Ling, bersikeras untuk menghancurkan rumah tersebut sesuai dengan keinginan mendiang ayah mereka.
Keinginan untuk merobohkan rumah itu didasari oleh pesan dalam surat wasiat Lee Kuan Yew sebelum meninggal pada tahun 2015.
Ia tidak ingin rumah tersebut menjadi obyek wisata karena menolak gagasan menjadikannya tempat bersejarah.
Rumah itu, yang bernilai sekitar US$17 juta (sekitar Rp265 miliar), menurut Yew harus dihancurkan setelah ia meninggal.
Pada tahun 2017, Yang dan Ling secara terbuka menuduh kakaknya, Loong, ingin mempertahankan rumah itu demi memperkuat popularitas politiknya sebagai Perdana Menteri.
Mereka mengklaim bahwa citra Loong sangat bergantung pada warisan Lee Kuan Yew, dan rumah tersebut menjadi simbol penting dalam hal ini.
Namun, Lee Hsien Loong tidak tinggal diam. Ia menolak tuduhan adiknya dan menyatakan bahwa ayah mereka sempat mengizinkan rumah tersebut dipertahankan dalam versi tertentu dari surat wasiatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Lee Kuan Yew mungkin mempertimbangkan opsi untuk tidak menghancurkan rumahnya.
Loong bersikukuh bahwa rumah itu memiliki nilai historis dan penting bagi masyarakat Singapura, sehingga layak dijadikan monumen nasional.
Di tengah perselisihan ini, Lee Hsien Yang juga mengungkapkan bahwa rumah tersebut sebenarnya sudah dibeli olehnya, sehingga ia memiliki hak penuh atas properti tersebut.
Ini membuat konflik keluarga semakin kompleks, mengingat hak milik kini berada di tangan Lee Hsien Yang, bukan di tangan kakaknya, meskipun keduanya berseteru soal nasib akhir rumah tersebut.
Permasalahan ini juga memicu perpecahan lebih lanjut dalam keluarga Lee, dengan Lee Wei Ling memihak Yang.
Keputusan mengenai rumah warisan ini membawa dampak besar bagi hubungan di antara mereka.
Sejak 2022, Lee Hsien Yang mencari suaka di Inggris setelah mengklaim adanya serangan dari pemerintah Singapura yang ia nilai sebagai bentuk penganiayaan terhadap dirinya dan keluarganya.
Perpecahan di dalam keluarga pendiri negara Singapura ini telah menarik perhatian internasional, mengingat status penting keluarga Lee dalam sejarah modern Singapura.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada solusi yang jelas mengenai nasib rumah Lee Kuan Yew, dan pertikaian antara kedua putranya terus berlangsung.***