SwaraWarta.co.id – Raja Charles III dari Inggris baru saja menyelesaikan pidatonya di Gedung Parlemen Australia pada hari Senin ketika seorang senator asal penduduk asli berteriak, “Anda bukan raja saya.”
Dari bagian belakang ruangan, Senator Independen Lidia Thorpe berteriak kepada pasangan kerajaan, “Kembalikan tanah kami, kembalikan apa yang telah Anda curi,” sambil diamankan oleh petugas keamanan yang segera membawanya keluar dari ruangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Protes tersebut terjadi saat Raja Charles dan Ratu Camilla mengunjungi ibu kota Australia, Canberra, untuk bertemu dengan para pemimpin negara, termasuk Perdana Menteri Anthony Albanese.
Kunjungan ini merupakan bagian dari tur resmi mereka di Australia, di mana Raja Charles menyampaikan pidato penting di hadapan parlemen.
Dalam pidatonya, Raja Charles mengakui keberadaan dan kontribusi masyarakat Adat Australia, yang telah mendiami tanah tersebut selama puluhan ribu tahun sebelum kedatangan pemukim Inggris lebih dari 230 tahun yang lalu.
Ia menegaskan penghargaannya terhadap budaya dan sejarah masyarakat adat yang telah membentuk pandangannya.
“Sepanjang hidup saya, masyarakat adat Australia telah memberikan kehormatan besar dengan begitu murah hati membagikan kisah dan budaya mereka kepada saya,” ujar Raja Charles.
“Saya hanya bisa mengatakan betapa pengalaman saya sendiri telah diperkaya dan diperkuat oleh kebijaksanaan tradisional tersebut.”
Sebelumnya, sebuah upacara penyambutan tradisional Aborigin diadakan di luar Gedung Parlemen untuk menyambut pasangan kerajaan.
Namun, bagi sebagian besar masyarakat adat di Australia, kehadiran keluarga kerajaan masih dianggap sebagai simbol dari penjajahan dan perampasan hak-hak tanah adat.
Meskipun pidato Raja Charles mencoba merangkul masyarakat adat dengan menyebutkan pentingnya sejarah dan budaya mereka, ketegangan tetap ada antara masyarakat adat Australia dan simbol-simbol kolonialisme, seperti kerajaan Inggris.
Protes yang dilakukan oleh Senator Lidia Thorpe mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap sejarah penjajahan yang masih dirasakan hingga saat ini.
Senator Thorpe, yang dikenal sebagai aktivis hak-hak masyarakat adat, sering kali mengangkat isu tentang tanah yang dicuri dan hak-hak masyarakat adat yang belum terpenuhi.
Protes ini mencerminkan keresahan banyak anggota masyarakat adat yang merasa bahwa meskipun ada pengakuan, tindakan nyata untuk mengembalikan hak atas tanah dan mengakui kedaulatan mereka masih belum terpenuhi.
Selain itu, pernyataan Thorpe juga mencerminkan perdebatan yang lebih luas di Australia tentang peran monarki Inggris di negara tersebut.
Meskipun Australia adalah bagian dari Persemakmuran dan masih mengakui Raja Inggris sebagai kepala negara, ada gerakan yang semakin berkembang untuk menjadikan Australia sebagai republik yang sepenuhnya mandiri.
Penyambutan tradisional dan pidato Raja Charles mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat dan apresiasi terhadap masyarakat adat,
tetapi insiden tersebut menunjukkan bahwa banyak tantangan masih ada dalam menyembuhkan luka sejarah antara Australia dan keluarga kerajaan Inggris.
Kunjungan resmi Raja Charles dan Ratu Camilla ini, yang seharusnya menjadi simbol dari hubungan yang kuat antara Inggris dan Australia, justru menunjukkan bahwa ada pekerjaan yang belum selesai dalam hal keadilan sejarah dan pengakuan hak-hak masyarakat adat Australia.***