SwaraWarta.co.id – Rodney Alcala dikenal sebagai pria yang tinggi, tampan, dan menawan—kriteria sempurna yang dicari produser untuk seorang lajang di acara kencan populer mereka.
Pesonanya yang memikat serta obrolan cerdasnya berhasil membuat Cheryl Bradshaw, sang bachelorette, memilihnya sebagai pemenang dalam episode tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, meski Bradshaw sempat tertarik dengan Alcala, ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman, hingga akhirnya ia menolak kencan itu—sebuah keputusan yang mungkin menyelamatkan nyawanya.
Alcala baru berusia 35 tahun ketika ia tampil di acara The Dating Game pada tahun 1978.
Di balik layar, tidak ada yang tahu bahwa pada saat itu ia sudah membunuh sedikitnya lima orang, termasuk seorang anak dan wanita hamil.
Namun, produser acara kencan tersebut tidak menyadari kehidupan ganda Alcala yang mencekam sebagai seorang pembunuh berantai sadis, apalagi bahwa ia pernah dipenjara karena menyerang dan melecehkan seorang gadis berusia delapan tahun.
Film Woman of the Hour yang dirilis di Netflix dan disutradarai oleh Anna Kendrick, terinspirasi oleh penampilan Alcala di acara kencan tersebut.
Film ini mengeksplorasi bagaimana Alcala, yang dikenal sebagai “The Dating Game Killer,” berhasil menipu orang-orang di sekitarnya dengan pesonanya, sementara di sisi lain ia melakukan tindakan mengerikan.
Sebelum penangkapannya pada tahun 1979, Alcala telah membunuh delapan wanita di New York, California, dan Wyoming.
Angka kematian sebenarnya masih menjadi misteri, namun penyelidik memperkirakan korban Alcala bisa mencapai lebih dari 100 orang.
Dengan julukan “The Dating Game Killer,” Alcala meninggalkan jejak kengerian di setiap tempat yang ia kunjungi, sementara orang-orang di sekelilingnya tidak menyadari kengerian yang tersembunyi di balik senyum ramahnya.
Bradshaw, yang saat itu adalah seorang guru sekolah drama, dipilih sebagai peserta untuk acara The Dating Game pada tahun 1978 dan memilih Alcala sebagai pemenang.
Meskipun pada awalnya ia tampak tertarik, setelah pertunjukan selesai, ia segera memutuskan untuk tidak melanjutkan kencan tersebut.
Bradshaw berbicara dengan koordinator peserta, Ellen Metzger, dan mengungkapkan rasa tidak nyaman yang mendalam.
“Saya tidak bisa pergi dengan pria ini. Ada perasaan aneh yang datang darinya. Dia sangat aneh. Saya tidak nyaman,” katanya.
Bradshaw kemudian mengingat kembali bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Alcala. Dalam sebuah wawancara, ia berkata, “Ada sesuatu tentang dirinya. Saya bisa merasakan ada yang salah.”
Kecemasan Bradshaw terbukti benar. Setelah Alcala ditangkap dan kasusnya mulai terungkap, dunia mengetahui kengerian yang telah disembunyikannya selama bertahun-tahun.
Pembunuh berantai ini ternyata memiliki catatan kejahatan yang panjang, di mana korban-korbannya kebanyakan adalah wanita muda yang tak berdaya.
Kisah Rodney Alcala menyoroti betapa mudahnya seorang predator berbahaya bisa bersembunyi di balik pesona dan penampilan menawan.
Pada akhirnya, keberanian Bradshaw untuk mempercayai instingnya dan menolak kencan tersebut mungkin telah menyelamatkan nyawanya.
Keputusannya menjadi pengingat betapa pentingnya mendengarkan firasat dan menjaga diri dari situasi yang terasa tidak aman, meskipun orang tersebut tampak sempurna di luar.
Kehidupan ganda Alcala menjadi salah satu contoh paling mengejutkan dalam sejarah kriminal Amerika, mengingatkan kita bahwa monster bisa bersembunyi di balik wajah yang tampak normal.
Penampilannya di The Dating Game tetap menjadi simbol ironis bagaimana sosok yang tampaknya ideal dapat menyimpan rahasia tergelap.***