Swarawarta.co.id – Pemkab Ponorogo telah berhasil mengurangi angka stunting pada anak dengan signifikan dalam kurun waktu 3 tahun terkahir.
“Data menunjukkan angka stunting turun drastis dalam kurun waktu tiga tahun terakhir,” kata Ayu sapaan karib Dyah Ayu Puspitaningarti selaku kepala dinas Kesehatan Ponorogo,ditulis Rabu (30/10/2024).
Selama tiga tahun terakhir, berbagai program kesehatan dan pemberdayaan masyarakat menunjukkan hasil yang positif bagi kesehatan anak-anak di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Data menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Ponorogo turun dari 17,8% pada tahun 2019 menjadi 16,86% di tahun 2020, kemudian 14,92% pada 2021.
Penurunan ini berlanjut hingga mencapai 13,13% pada tahun 2022 dan akhirnya 9,33% pada tahun 2023.
“Posisi angka stunting di Ponorogo saat ini bahkan lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional, yang pada 2023 mencapai 21,5%. Di tingkat Provinsi Jawa Timur, angkanya berada pada 17,7%,” jelas Dyah
Keberhasilan ini dicapai melalui pendekatan menyeluruh yang meliputi pencegahan, tindakan preventif, dan kuratif.
Pemkab Ponorogo melaksanakan sosialisasi dan pelatihan intensif terutama bagi calon pengantin dan remaja putri yang berisiko anemia.
Selain itu, Pemkab juga meluncurkan Program Pangan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) yang menargetkan 1.103 balita dengan anggaran Rp 1,1 miliar.
Program ini menyediakan susu khusus bagi anak-anak yang mengalami stunting atau gizi buruk, sehingga membantu pemulihan gizi mereka.
“Untuk tahapan kuratif, seperti pengukuran dan evaluasi kondisi gizi bayi, juga menjadi bagian penting dari program ini,” katanya.
Pemkab Ponorogo juga mendukung program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) melalui kebijakan Peraturan Bupati (Perbup) yang mengalokasikan Dana Desa (ADD) untuk kebutuhan PMT sejak 2021 hingga 2023.
“Dengan berbagai program ini, kami bertekad untuk terus menekan angka stunting di Ponorogo. Dukungan dana desa dan upaya terpadu dari berbagai pihak adalah kunci dari keberhasilan ini,” tutup Ayu