Swarawarta.co.id – Perbedaan LDII dengan Islam biasa kerap menjadi pro kontra di kalangan masyarakat.
Apa Saja Perbedaan LDII dengan Islam Biasa?
Berikut ini sejumlah perbedaan LDII dengan Islam biasa yang wajib dipahami:
1. Asal-Usul dan Sejarah LDII
LDII berawal dari gerakan Islam yang disebut Islam Jamaah pada tahun 1950-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kelompok ini kemudian mengalami banyak perubahan dan dinamika, hingga akhirnya pada tahun 1972 berubah menjadi LDII.
Meski pada dasarnya LDII mengklaim mengikuti ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadits, sejarah panjang ini membuat ajaran LDII memiliki ciri khas tertentu yang dianggap berbeda oleh beberapa kalangan Muslim lainnya.
2.Metode Pengajaran dan Ketaatan
Salah satu perbedaan yang sering dibahas adalah pendekatan LDII terhadap ketaatan dan kepatuhan kepada pemimpin agama mereka, yang disebut imam.
LDII menekankan pentingnya mengikuti pemimpin atau imam yang mereka tunjuk sebagai otoritas dalam memahami Al-Qur’an dan hadits.
Beberapa kelompok Muslim lain berpendapat bahwa ketaatan yang terlalu sentral pada satu pemimpin agama tertentu dapat menyempitkan pemahaman Islam yang lebih luas dan inklusif.
3. Praktik Eksklusivitas
Beberapa kritik terhadap LDII muncul karena dianggap eksklusif, yakni memiliki batasan dalam berinteraksi dengan orang di luar kelompok mereka, terutama dalam hal ibadah.
Misalnya, terdapat laporan bahwa anggota LDII cenderung membatasi sholat berjamaah hanya dengan sesama anggota kelompok mereka, meskipun LDII menyatakan bahwa ini adalah mispersepsi.
Sebaliknya, dalam praktik Islam secara umum, Muslim dianjurkan untuk melakukan ibadah.
4.Pandangan Terhadap Muslim Lain
LDII sempat dikritik karena anggapan bahwa mereka menganggap orang di luar kelompoknya sebagai “kurang sempurna” dalam menjalankan Islam.
Meski demikian, belakangan LDII telah menegaskan bahwa mereka tidak memandang rendah umat Islam lain dan berusaha untuk lebih terbuka dalam berinteraksi dengan komunitas Muslim lainnya.
Sebaliknya, dalam ajaran Islam secara umum, perbedaan dalam bermazhab atau organisasi Islam tetap dihargai, dan semua Muslim dianggap setara selama mengikuti prinsip-prinsip utama Islam, yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji.
5. Penafsiran Al-Qur’an dan Hadits
LDII memiliki metode penafsiran Al-Qur’an dan hadits yang sangat ketat berdasarkan pemahaman dari guru atau pemimpin mereka.
Hal ini membuat interpretasi mereka terhadap teks-teks agama kadang berbeda dengan penafsiran yang lebih umum digunakan oleh mayoritas Muslim, yang cenderung mengacu pada pemahaman dari berbagai mazhab dalam Islam seperti Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali.
Dalam “Islam biasa”, atau yang dianut oleh mayoritas Muslim Indonesia, penafsiran Al-Qur’an dan hadits lebih plural dan terbuka untuk berbagai metode penafsiran yang sudah disepakati oleh ulama-ulama besar sepanjang sejarah Islam.
Perbedaan LDII dengan Islam biasa terletak pada beberapa aspek, seperti ketaatan kepada pemimpin, metode pengajaran, eksklusivitas dalam ibadah, dan penafsiran Al-Qur’an serta hadits.