SwaraWarta.co.id – Istilah silaturahmi dan silaturahim sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks sosial dan keagamaan. Keduanya berasal dari bahasa Arab dan kerap disalahartikan memiliki makna yang sama.
Namun, jika ditelusuri lebih dalam, ada perbedaan signifikan antara kedua kata tersebut. Memahami perbedaan ini akan membantu kita menerapkan keduanya secara tepat dalam kehidupan, khususnya dalam interaksi sosial dan ibadah.
Definisi Silaturahmi dan Silaturahim
Untuk memahami perbedaan antara silaturahmi dan silaturahim, kita perlu melihat asal kata dan maknanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Silaturahmi berasal dari dua kata, yaitu “sila” yang berarti hubungan dan “rahmi” yang merujuk pada rahim atau ikatan kekeluargaan.
Dalam penggunaannya, silaturahmi sering dipahami sebagai menjaga hubungan baik antarsesama manusia, terutama dalam konteks sosial dan keluarga. Istilah ini lebih menekankan pada hubungan emosional dan kekerabatan.
Silaturahim, di sisi lain, juga terbentuk dari kata “sila” dan “rahim”. Namun, dalam pengertian keagamaan, rahim tidak hanya bermakna kekerabatan, tetapi juga mencerminkan sifat kasih sayang Allah.
Silaturahim dalam Islam mencakup makna lebih luas, yaitu menjaga hubungan dengan sesama manusia, tidak hanya keluarga, serta menjaga hubungan dengan Allah.
Asal-Usul Bahasa dan Pengaruh Penggunaan
Secara etimologis, silaturahmi lebih populer di Indonesia, terutama dalam konteks budaya dan tradisi.
Masyarakat sering menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kegiatan berkunjung, menjaga hubungan baik, atau mempererat hubungan sosial.
Berbeda dengan silaturahmi, silaturahim lebih dekat dengan penggunaan dalam konteks keagamaan, khususnya dalam ajaran Islam.
Perbedaan utama terletak pada kedalaman makna spiritual. Silaturahmi sering dipandang sebagai hubungan sosial, sementara silaturahim memiliki konotasi yang lebih spiritual, menekankan hubungan antarmanusia yang diridhoi oleh Allah.
Perspektif Ulama dan Pendapat Tokoh
Banyak ulama dan cendekiawan Muslim telah membahas perbedaan antara silaturahmi dan silaturahim.
Salah satunya adalah Dr. Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama kontemporer, yang menjelaskan bahwa silaturahim mencakup hubungan yang lebih luas dan mendalam, termasuk menjaga hak-hak Allah dan menciptakan kedamaian di antara umat manusia.
Menurut beliau, silaturahmi dapat dianggap sebagai subset dari silaturahim yang lebih luas dan spiritual.
Pendapat serupa juga dijelaskan dalam beberapa jurnal akademis yang meneliti makna kebersamaan dalam Islam.
Dalam Journal of Islamic Studies, peneliti menunjukkan bahwa silaturahim mencerminkan upaya untuk menjaga keutuhan umat dengan pendekatan yang lebih spiritual, sedangkan silaturahmi lebih sering dibatasi dalam konteks hubungan keluarga.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam praktik sehari-hari, baik silaturahmi maupun silaturahim memiliki peran penting. Misalnya, dalam momen Hari Raya, masyarakat sering mengadakan kegiatan silaturahmi untuk mempererat hubungan keluarga dan tetangga.
Di sisi lain, silaturahim lebih relevan ketika kita berbicara tentang menjaga hubungan yang diridhoi Allah, termasuk berbuat baik kepada semua makhluk tanpa memandang hubungan darah.
Selain itu, dalam kehidupan modern, teknologi telah memungkinkan kita untuk melakukan silaturahmi secara virtual, melalui media sosial atau aplikasi pesan instan.
Namun, esensi dari silaturahim mengharuskan adanya tindakan nyata yang mencerminkan kasih sayang, kebaikan, dan ketaatan kepada Allah.