SwaraWarta.co.id – Pengetahuan itu sendiri mendorong manusia untuk terus mencari lebih banyak.
Semakin banyak pengetahuan yang tersedia, semakin luas pula area yang belum diketahui.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Proses kemajuan menambah dorongan kuat bagi manusia untuk memperoleh lebih banyak ilmu, karena semakin dalam kita menggali berbagai bidang pengetahuan, semakin banyak pula peluang dan cakrawala baru yang terbuka.
Hal ini memunculkan motivasi untuk mencapai kemajuan yang lebih besar.
Seorang intelektual yang memiliki kecintaan pada budaya dan ingin menjaga martabat serta nilai-nilai budaya tersebut harus selalu berupaya memperbarui pengetahuannya secara berkelanjutan.
Ketika ia merasa puas dengan apa yang sudah dimilikinya, maka sebenarnya ia tengah menempatkan dirinya pada ambang kemunduran.
Kepuasan terhadap pencapaian pengetahuan adalah langkah pertama menuju stagnasi.
Jika seorang individu merupakan seorang spesialis di bidang tertentu, arus deras perkembangan dan penemuan ilmiah yang terus-menerus dalam bidang tersebut bisa menggiringnya keluar dari ranah keahliannya.
Ini terjadi jika ia tidak mampu mengikuti perkembangan terbaru dalam spesialisasinya.
Tanpa keterbukaan terhadap ilmu baru, seorang pakar akan segera menyadari bahwa ia tertinggal dari kemajuan yang ada, sehingga tidak lagi relevan dengan bidangnya.
Kondisi ini bahkan lebih terlihat pada individu yang memiliki tingkat pengetahuan rata-rata, apalagi bagi mereka yang kurang terpapar budaya atau pendidikan yang memadai.
Penurunan kemampuan intelektual bisa terjadi seiring akumulasi teori, ide, dan doktrin yang terus berkembang.
Tanpa upaya untuk memahami dan berkontribusi pada gagasan-gagasan tersebut, seseorang hanya akan tertinggal meskipun ia menunjukkan minat dalam bidang-bidang tersebut.
Pada kenyataannya, semakin pesat perkembangan pengetahuan, semakin luas pula lingkup ketidaktahuan kita.
Hal ini bisa diumpamakan dengan bertambahnya diameter bola yang bersentuhan dengan dunia luar—semakin besar diameter bola, semakin besar pula permukaan yang bersentuhan dengan lingkungan di luar bola tersebut.
Fenomena ini menimbulkan tantangan baru bagi setiap pembaca atau pencari ilmu.
Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin jelas kita menyadari betapa banyak yang masih belum kita ketahui.
Inilah alasan mengapa para intelektual, ilmuwan, dan bahkan pembelajar seumur hidup harus selalu terbuka terhadap pengetahuan baru, dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah mereka ketahui.
Kehidupan intelektual yang stagnan sama dengan kemunduran, dan hanya dengan terus memperbarui pemahaman kita, kita bisa benar-benar berkontribusi pada kemajuan budaya dan masyarakat.
Dengan demikian, seseorang yang menghargai pengetahuan dan budaya harus memiliki kesadaran bahwa tidak ada batas akhir dalam belajar.
Dunia ilmu pengetahuan dan budaya adalah ladang yang selalu tumbuh, dan untuk tetap relevan, kita harus siap menumbuhkan diri bersamanya.
Sebaliknya, kepuasan diri dalam pengetahuan akan membuat seseorang kehilangan jejak, tertinggal dari arus kemajuan, dan akhirnya tergilas oleh penemuan-penemuan baru yang lebih maju.
Dalam konteks perkembangan global yang terus melaju pesat, kebutuhan untuk selalu memperbarui pengetahuan bukan hanya tuntutan pribadi, tetapi juga tanggung jawab sosial.
Seiring dengan majunya peradaban, tanggung jawab setiap individu untuk terus belajar semakin besar, karena hal ini akan berkontribusi pada kemajuan bersama.
Sebagai penutup, keinginan untuk terus belajar dan memperluas pengetahuan bukanlah sekadar kebutuhan pribadi, tetapi merupakan langkah esensial bagi individu yang ingin tetap relevan dalam dunia yang terus berubah.
Mengabaikan pembelajaran berkelanjutan hanya akan membawa seseorang pada kemunduran, baik secara intelektual maupun dalam kontribusinya terhadap masyarakat.***