Pandangan Islam tentang Hukum Berzina dengan Bantal: Klarifikasi Hukum Fiqih

- Redaksi

Friday, 6 September 2024 - 10:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandangan Islam tentang Hukum Berzina dengan Bantal: Klarifikasi Hukum Fiqih

Pandangan Islam tentang Hukum Berzina dengan Bantal: Klarifikasi Hukum Fiqih

SwaraWarta.co.id – Dalam Islam, persoalan zina merupakan salah satu pelanggaran berat yang memiliki konsekuensi serius baik di dunia maupun di akhirat. Namun, muncul pertanyaan di kalangan masyarakat mengenai bentuk-bentuk perilaku yang menyerupai zina tetapi tidak melibatkan pasangan manusia secara langsung, salah satunya adalah berzina dengan benda seperti bantal. Artikel ini akan mengkaji pandangan Islam tentang hukum berzina dengan bantal serta memberikan klarifikasi hukum fiqih terkait perbuatan ini.

Dalam pendekatan fiqih, setiap tindakan memiliki konsekuensi hukum, baik dalam ranah halal maupun haram. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana Islam memandang tindakan-tindakan seperti ini dalam konteks yang lebih luas.

1. Pengertian Zina dalam Islam

Zina, dalam konteks syariat Islam, merujuk kepada hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan pernikahan yang sah. Dalam bahasa Arab, zina seringkali diterjemahkan sebagai perbuatan hubungan intim antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Zina secara eksplisit dilarang dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam hukum Islam, zina dikategorikan sebagai dosa besar yang memiliki hukuman fisik yang tegas, seperti rajam atau cambuk, tergantung kondisi pelaku dan status sosialnya. Namun, bagaimana jika tindakan tersebut melibatkan benda mati seperti bantal? Untuk memahami hal ini, perlu ada klarifikasi lebih lanjut mengenai hukum fiqih terkait perbuatan semacam ini.

Baca Juga :  Pengaruh Media Sosial Terhadap Prestasi Siswa

2. Klarifikasi Hukum Fiqih tentang Berzina dengan Bantal

Berzina dengan bantal, atau dikenal juga dengan istilah “istimna” dalam bahasa Arab, dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk perilaku masturbasi. Dalam konteks fiqih, masturbasi merupakan tindakan yang melibatkan rangsangan diri sendiri hingga mencapai kepuasan seksual tanpa melibatkan pasangan manusia.

Ulama-ulama fiqih memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang hukum masturbasi. Sebagian besar ulama sepakat bahwa masturbasi adalah perbuatan yang makruh atau bahkan haram, kecuali dalam kondisi darurat di mana seseorang takut jatuh ke dalam zina yang sebenarnya. Dalam hal ini, perilaku seksual dengan benda mati seperti bantal juga masuk ke dalam ranah yang sama dengan masturbasi.

Dalam kitab-kitab klasik seperti Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah, dinyatakan bahwa istimna tidak diperbolehkan karena dianggap sebagai penyalahgunaan syahwat yang seharusnya disalurkan melalui jalan yang sah, yakni pernikahan. Selain itu, tindakan ini dianggap tidak memberikan manfaat apapun dan hanya menuruti hawa nafsu, yang dalam Islam sangat ditekankan untuk dikendalikan.

 

Pandangan Islam tentang Hukum Berzina dengan Bantal: Klarifikasi Hukum Fiqih

3. Analisis Perbandingan: Zina vs. Istimna

Untuk lebih memahami perbedaan antara zina dan istimna (berzina dengan benda mati), kita harus melihat dari sudut pandang hukum Islam:

  • Zina: Zina melibatkan dua orang yang melakukan hubungan seksual secara ilegal menurut syariat Islam. Hukuman zina sangat berat, terutama jika dilakukan oleh mereka yang sudah menikah, karena selain melanggar aturan agama, zina juga merusak tatanan sosial dan rumah tangga.
  • Istimna: Sementara itu, istimna hanya melibatkan individu dengan dirinya sendiri atau benda mati. Meskipun tidak mendapatkan hukuman yang sama seperti zina, ulama tetap menganggapnya sebagai perbuatan yang tercela, karena dapat menurunkan moralitas dan cenderung membawa dampak negatif bagi spiritualitas seseorang.
Baca Juga :  3 Senjata Tradisional Sulawesi Tengah Paling Bersejarah

Dalam pandangan Islam, nafsu seksual adalah sesuatu yang harus dikendalikan dan diarahkan melalui cara yang sah, seperti pernikahan. Oleh karena itu, perilaku seksual yang melibatkan benda seperti bantal tetap dianggap sebagai bentuk pemuasan hawa nafsu yang tidak dianjurkan.

4. Pandangan Ulama tentang Masturbasi dan Berzina dengan Bantal

Sebagian besar ulama dari empat mazhab utama dalam Islam (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) sepakat bahwa masturbasi adalah makruh, dan dalam beberapa situasi dianggap haram. Ulama Syafi’i seperti Imam Nawawi dalam karyanya Al-Majmu’ menyebutkan bahwa istimna adalah tindakan yang tidak pantas dan bertentangan dengan sifat manusia yang mulia. Ia menegaskan bahwa syahwat yang diberikan kepada manusia seharusnya dikelola dengan baik melalui pernikahan.

Namun, ada ulama yang memberikan pengecualian dalam kondisi tertentu. Ibnu Hazm, seorang ulama dari mazhab Zahiri, menyatakan bahwa masturbasi tidak haram secara mutlak jika dilakukan untuk mencegah seseorang jatuh ke dalam zina yang sebenarnya. Meskipun begitu, tetap dianjurkan untuk segera mencari jalan yang lebih baik, seperti menikah, guna memenuhi kebutuhan biologis secara sah.

Baca Juga :  Mengatasi Bullying di Lingkungan Sekolah: 6 LangkahEfektif untuk Melindungi Anak

5. Konsekuensi Moral dan Spiritual

Melakukan perbuatan yang menyerupai zina, baik dengan manusia atau benda, dapat merusak spiritualitas seorang Muslim. Dalam Islam, mengendalikan nafsu adalah bagian penting dari pengembangan diri. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa hawa nafsu yang tidak terkendali dapat menjauhkan seseorang dari Allah dan dari jalan kebenaran.

Perilaku seperti berzina dengan bantal mungkin tidak memiliki dampak hukum yang sama seperti zina, tetapi dampaknya terhadap moralitas seseorang bisa sangat signifikan. Melakukan tindakan semacam ini secara terus-menerus dapat menurunkan rasa malu (haya’), yang dalam Islam merupakan salah satu ciri dari keimanan.

6. Kesimpulan dan Nasihat

Dalam kesimpulannya, berzina dengan bantal atau tindakan istimna lainnya dianggap sebagai perbuatan yang makruh atau bahkan haram dalam fiqih Islam. Meskipun tidak seberat hukuman zina, perilaku ini tetap dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk menjaga syahwat dan menyalurkannya melalui cara yang sah, yakni pernikahan.

Islam selalu mendorong umatnya untuk menjaga kehormatan diri, menghindari perbuatan yang merendahkan martabat manusia, dan mengendalikan hawa nafsu. Sebagai jalan keluar, pernikahan adalah solusi yang diberikan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia dengan cara yang benar dan diridhai.

Berita Terkait

Apakah Boleh Sholat Subuh Jam 6? Berikut Pandangan dari para Ulama
Tata Cara Tayamum Sesuai Ajaran Rasulullah yang Perlu Kamu Pahami
Apa Itu SPPI Batch 3? Yuk Cari Tahu Disini Penjelasannya!
Jadwal Daftar Ulang SPAN PTKIN 2025: Panduan Lengkap untuk Calon Mahasiswa
Adakah Dalil Sholat Kafarat Jumat Terakhir Ramadhan? Berikut ini Penjelasannya!
Apa Itu Tradisi Tepung Tawar? Mengenal Warisan Budaya Melayu yang Penuh Makna
Pencairan KJP Plus Tahap I 2025 Dimulai: Jadwal, Besaran Dana, dan Aturan Penarikan
Apa Itu Tulak Tunggul? Mengenal Tradisi Unik dari Bali yang Penuh Makna

Berita Terkait

Tuesday, 1 April 2025 - 09:01 WIB

Apakah Boleh Sholat Subuh Jam 6? Berikut Pandangan dari para Ulama

Tuesday, 1 April 2025 - 08:36 WIB

Tata Cara Tayamum Sesuai Ajaran Rasulullah yang Perlu Kamu Pahami

Saturday, 29 March 2025 - 09:45 WIB

Apa Itu SPPI Batch 3? Yuk Cari Tahu Disini Penjelasannya!

Friday, 28 March 2025 - 20:34 WIB

Jadwal Daftar Ulang SPAN PTKIN 2025: Panduan Lengkap untuk Calon Mahasiswa

Thursday, 27 March 2025 - 16:53 WIB

Adakah Dalil Sholat Kafarat Jumat Terakhir Ramadhan? Berikut ini Penjelasannya!

Berita Terbaru