SwaraWarta.co.id – Dalam kehidupan sehari-hari, istilah fakir dan miskin sering kali digunakan secara bergantian untuk menggambarkan seseorang yang hidup dalam kekurangan.
Namun, dalam pandangan Islam dan sosial, kedua istilah ini memiliki perbedaan yang signifikan.
Pemahaman yang tepat tentang perbedaan fakir dan miskin sangat penting, terutama dalam konteks zakat, sedekah, dan bantuan sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan fakir dan miskin, mulai dari definisi hingga implikasinya dalam kehidupan sosial dan keagamaan.
Definisi Fakir dan Miskin
Untuk memahami perbedaan fakir dan miskin, kita harus terlebih dahulu melihat definisi masing-masing istilah dalam Islam.
Fakir berasal dari kata Arab “faqir” yang berarti seseorang yang sangat membutuhkan. Dalam syariat Islam, seorang fakir adalah individu yang tidak memiliki cukup harta untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari..
Fakir adalah golongan yang kondisinya paling parah dalam hal kemiskinan.
Miskin, di sisi lain, berasal dari kata Arab “miskīn” yang merujuk pada orang yang memiliki harta, tetapi jumlahnya sangat terbatas dan tidak mencukupi untuk kehidupan yang layak.
Miskin memiliki lebih banyak sumber daya daripada fakir, tetapi mereka masih berada di bawah garis kecukupan.
Dalam banyak kasus, orang miskin mungkin memiliki pekerjaan atau penghasilan, namun tetap tidak mampu menutupi seluruh kebutuhan pokoknya.
Perbedaan Fakir dan Miskin dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, perbedaan fakir dan miskin bukan hanya sekadar permainan kata, tetapi memiliki dampak langsung pada distribusi zakat.
Fakir dan miskin termasuk dalam delapan asnaf (golongan) yang berhak menerima zakat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60.
Akan tetapi, alokasi zakat untuk fakir biasanya lebih besar karena kondisi mereka yang lebih membutuhkan.
1. Fakir Lebih Membutuhkan daripada Miskin
Fakir digambarkan sebagai individu yang hampir tidak memiliki apapun, baik dari segi harta maupun penghasilan.
Dalam hal ini, fakir tidak mampu bekerja atau hanya memiliki sedikit kesempatan untuk memperoleh pendapatan.
Oleh karena itu, tingkat ketergantungan fakir pada bantuan lebih tinggi dibandingkan miskin.
Sedangkan orang miskin, meski penghasilannya terbatas, masih memiliki kemampuan untuk berusaha memenuhi sebagian kebutuhannya.
2. Skala Bantuan dalam Zakat dan Sedekah
Karena kondisi fakir lebih kritis, mereka menjadi prioritas utama dalam distribusi zakat. Menurut pandangan ulama, fakir berada di puncak daftar penerima zakat, sementara miskin berada di urutan kedua.
Pembagian zakat dan sedekah ini bertujuan untuk membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan memberikan kesempatan kepada mereka yang sangat membutuhkan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Perbedaan Fakir dan Miskin dalam Perspektif Sosial
Dari sudut pandang sosial, perbedaan fakir dan miskin juga berdampak pada program bantuan pemerintah atau lembaga sosial.
Fakir sering kali diidentifikasi sebagai orang-orang yang benar-benar tidak memiliki sumber daya untuk bertahan hidup.
Mereka mungkin hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan dan terpinggirkan dari sistem sosial.
Di sisi lain, orang miskin masih bisa berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, meskipun terbatas.
Miskin biasanya memiliki pekerjaan yang menghasilkan pendapatan minim, namun tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar mereka secara berkelanjutan.
Fakir Miskin dalam Kehidupan Sosial
Fakir sering kali ditemukan di lingkungan yang sangat miskin, di mana akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan sangat terbatas.
Fakir ini, terutama di negara-negara berkembang, merupakan kelompok yang paling rentan dan membutuhkan intervensi sosial yang mendalam, seperti program pemberdayaan ekonomi dan bantuan kemanusiaan.
Orang miskin cenderung menghadapi tantangan ekonomi seperti ketidakstabilan pendapatan, biaya hidup yang terus meningkat, dan kurangnya akses terhadap layanan dasar.
Meskipun mereka memiliki penghasilan, tetapi karena penghasilan tersebut sangat minim, mereka tetap berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam pandangan Islam, perbedaan ini mempengaruhi bagaimana bantuan diatur dan didistribusikan, baik melalui zakat maupun sedekah.
Sementara dari sudut pandang sosial, perbedaan ini membantu dalam mengidentifikasi kelompok yang paling membutuhkan dukungan ekonomi dan sosial.