SwaraWarta.co.id Desa Wonosari yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN) merasakan geliat kesibukan dengan berkantornya Presiden Jokowi sejak 10 September 2024.
Warga desa Wonosari merupakan keturunan transmigran dari salah satu daerah di Jawa Timur sampai saat ini masih melestarikan budaya Jawa secara ajeg.
Komunikasi yang sering terdengar dalam bahasa Jawa serasa tidak berada di Benuo Taka. Memori yang kuat tentang asal usul suku bangsa dan budaya Jawa ini tercermin ketika Tim Pengabdi Universitas Indonesia menggelar kuliner tradisional pada Minggu, 15 September 2024 di Desa Wonosari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gelar kuliner berbentuk lomba menawarkan penganan tradisional berbahan pokok singkong, ubi, dan jagung.
“Kami sengaja menggelar kuliner berbahan pokok singkong, ubi, dan jagung untuk mengembalikan memori warga Wonosari pada penganan jadul yang kini sudah sulit ditemui di pasar” ungkap Sri Murni, Dosen Antropologi, Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia.
Upaya mengangkat kembali kuliner lokal juga menjadi perhatian Kepala Desa Wonosari, Kasiyono.
Sejumlah penganan khas Jawa yang mungkin sudah sulit ditemukan saat ini seperti sawut mawut, sate sentiling singkong, tiwul, gatot, getuk, jemblem, bola-bola singkong, ongol-ongol tampil dengan kemasan yang menarik.
Penataan makanan, rasa, bentuk, dan keberagaman penganan desa ini tak kalah dengan kue-kue yang dipajang di toko kue modern. Alhasil, peserta lomba yang berjumlah 14 ibu rumah tangga ini memiliki kemampuan memasak layaknya “chef” handal.
“Ibu-ibu Wonosari ini memang perempuan luar biasa. Sambil membawa anak-anak mereka yang masih kecil, para ibu tetap semangat mengikuti gelar kuliner tradisional” puji Murni, Ketua Tim Pengabdi Universitas Indonesia yang diamini oleh Irhamni Rahman sebagai pendamping.