SwaraWarta.co.id – Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh penting tentang bagaimana seorang pemimpin harus bertindak proaktif dalam menyampaikan pesan kebaikan.
Nabi Muhammad SAW tidak menunggu waktu yang “sempurna” untuk menyebarkan dakwahnya, termasuk saat berkomunikasi dengan para pemimpin dan raja di wilayah yang jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Begitu Nabi SAW mendapatkan momen yang relatif damai setelah rangkaian peperangan, beliau segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengirim surat kepada mereka, mengajak mereka kepada Islam.
Langkah ini menunjukkan bahwa waktu yang tepat untuk berbuat kebaikan sering kali adalah saat yang pertama kali muncul, bukan ketika segala sesuatu sudah sempurna.
Hal ini memberikan pelajaran penting bagi kita dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kali, kita cenderung menunda-nunda untuk melakukan hal baik dengan alasan menunggu waktu yang lebih tepat.
Kita mungkin merasa bahwa kita harus menunggu saat yang paling ideal, ketika segala sesuatu sudah mendukung dan kita memiliki waktu luang yang lebih banyak.
Namun, kenyataannya, waktu yang sempurna mungkin tidak pernah datang.
Seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang tidak menunggu keadaan benar-benar tenang untuk mengajak para raja mengenal Islam, kita juga harus mengambil inisiatif untuk berbuat baik di setiap kesempatan yang ada.
Dalam konteks kehidupan modern, waktu sering kali menjadi barang yang langka.
Kesibukan sehari-hari dan rutinitas yang padat membuat kita merasa tidak memiliki cukup waktu untuk berbagi kebaikan, membantu orang lain, atau bahkan berinteraksi dengan lebih banyak orang.
Namun, jika kita menunggu waktu yang “sempurna,” maka kesempatan itu mungkin tidak akan pernah datang.
Sebaliknya, kita bisa menggunakan setiap celah waktu yang kita miliki, sekecil apa pun itu, untuk menyebarkan kebaikan.
Misalnya, kita bisa memanfaatkan momen kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat sedang menunggu transportasi umum, dalam perjalanan menuju tempat kerja, atau saat istirahat sejenak di tengah kesibukan.
Momen-momen ini mungkin tampak sepele, tetapi jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menjadi waktu yang sangat berharga untuk menyebarkan pesan kebaikan, memberikan dukungan kepada orang lain, atau sekadar berbagi senyum dengan mereka yang kita temui.
Penting juga untuk diingat bahwa rahmat atau kebaikan tidak selalu harus berupa hal-hal besar.
Terkadang, tindakan kecil seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan pujian tulus, atau membantu seseorang yang membutuhkan bisa memberikan dampak besar dalam hidup orang lain.
Seperti Nabi Muhammad SAW yang mengirim surat kepada para pemimpin jauh, kita juga dapat menjangkau hati orang-orang di sekitar kita dengan cara yang sederhana, namun penuh kasih.
Jangan tunggu waktu yang sempurna untuk mulai berbagi kebaikan.
Gunakan setiap kesempatan yang ada, baik itu momen kecil di sela-sela kesibukan atau waktu-waktu yang biasanya kita abaikan.
Dengan demikian, kita tidak hanya menyebarkan rahmat kepada orang lain, tetapi juga memupuk kebiasaan baik dalam diri kita sendiri.
Sebagaimana Nabi SAW yang memanfaatkan waktu damai untuk menyampaikan pesan Islam kepada raja-raja di berbagai negeri, kita pun harus belajar memanfaatkan setiap kesempatan, sekecil apa pun itu, untuk meraih hati orang lain dengan kebaikan dan kasih sayang.
Rahmat tidak mengenal batas waktu—kapan pun kita memiliki kesempatan, itulah saat yang tepat untuk menyebarkannya.***