SwaraWarta.co.id – Allah, yang Maha Tinggi, telah membuka pintu taubat bagi hamba-Nya, dan pintu tersebut tidak akan pernah tertutup hingga matahari terbit dari barat.
Ini adalah wujud kasih sayang-Nya yang tak terhingga. Allah mencintai hamba-hamba-Nya, dan Ia sangat senang ketika mereka kembali kepada-Nya dengan penuh penyesalan dan memohon ampun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad, shallallahu ‘alayhi wa sallam, yang menyatakan bahwa Allah mencintai pujian terhadap diri-Nya, lebih dari siapapun.
Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang lebih mencintai pujian terhadap dirinya sendiri melebihi Allah, Yang Maha Tinggi. Karena itu, Ia memuji diri-Nya sendiri. Dan tidak ada yang lebih cemburu dari Allah, sehingga Dia melarang segala bentuk perbuatan keji. Tidak ada yang lebih mencintai permintaan maaf melebihi Allah, oleh sebab itu Dia menurunkan Kitab dan mengutus para rasul.”
Hadits ini menggambarkan betapa besar cinta Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Allah tidak hanya senang dengan pujian dari hamba-Nya, tetapi juga sangat menyayangi mereka sehingga Ia memberikan kesempatan berulang kali untuk bertobat.
Dalam hidup manusia, tidak ada yang bebas dari kesalahan.
Namun, Allah yang Maha Penyayang memberikan waktu dan ruang bagi hamba-hamba-Nya untuk menyadari kekeliruan mereka dan kembali kepada-Nya dengan penuh penyesalan.
Allah menerima taubat mereka yang bersungguh-sungguh, tidak peduli seberapa besar kesalahan mereka, selama mereka benar-benar ingin kembali kepada-Nya dan memperbaiki diri.
Dalam riwayat yang lain, dari Anas bin Malik, radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad, shallallahu ‘alayhi wa sallam, bersabda, “Sikap tenang dan berhati-hati itu berasal dari Allah, sementara ketergesaan adalah dari setan. Tidak ada yang lebih menerima permohonan maaf lebih dari Allah.”
Ini menunjukkan bahwa Allah, dengan segala sifat kasih sayang-Nya, selalu memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk memperbaiki diri.
Dia tidak terburu-buru menghukum, melainkan memberikan waktu bagi mereka untuk menyadari kesalahan dan kembali kepada-Nya.
Ketergesaan, di sisi lain, berasal dari setan, yang selalu berusaha mendorong manusia untuk berbuat salah tanpa berpikir panjang.
Oleh karena itu, dalam setiap tindakan, penting bagi kita untuk selalu berusaha tenang dan berhati-hati, mengikuti sifat yang Allah cintai, yaitu sikap deliberatif, bukan terburu-buru.
Allah menginginkan agar kita selalu berpikir sebelum bertindak, memikirkan dampak dari tindakan kita, dan jika kita salah, Allah sangat senang ketika kita kembali kepada-Nya dengan penyesalan dan permintaan maaf.
Salah satu bukti kasih sayang Allah adalah dengan diutusnya para nabi dan diturunkannya kitab suci.
Allah mengutus nabi-nabi, termasuk Nabi Muhammad, shallallahu ‘alayhi wa sallam, untuk membimbing manusia agar tetap berada di jalan yang benar. Kitab suci yang diturunkan oleh Allah adalah pedoman bagi umat manusia, memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hidup dengan cara yang Allah ridhoi.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah ingin semua hamba-Nya mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Dan ketika kita tersesat dari jalan yang benar, Allah tidak langsung menghukum kita, melainkan memberikan kesempatan untuk kembali kepada-Nya.
Dalam Islam, konsep taubat sangatlah penting.
Taubat adalah bentuk pengakuan seorang hamba atas kesalahannya dan keinginannya untuk memperbaiki diri.
Allah sangat mencintai mereka yang bertobat dengan tulus, sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat Al-Quran.
Di antaranya adalah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 222, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.”
Lebih dari itu, Allah adalah Zat yang paling menerima permintaan maaf.
Tidak ada yang lebih mencintai permohonan maaf melebihi Allah.
Meskipun manusia sering kali melakukan kesalahan, Allah selalu membuka pintu maaf-Nya bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin memperbaiki diri.
Allah tidak langsung memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan hamba-Nya.
Sebaliknya, Dia memberikan kesempatan berulang kali untuk bertobat dan memohon ampunan.
Sebagaimana disampaikan dalam hadits tersebut, Allah tidak serta merta menghukum hamba-Nya atas kesalahan yang mereka lakukan.
Allah memberikan mereka kesempatan untuk kembali kepada-Nya, memohon ampun, dan memperbaiki diri.
Ini adalah wujud dari kasih sayang Allah yang luar biasa terhadap hamba-Nya. Dia memahami kelemahan manusia dan selalu memberi kesempatan bagi mereka untuk bertobat.
Kasih sayang Allah yang luar biasa ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
Tidak peduli seberapa besar kesalahan yang telah kita perbuat, selama kita bersungguh-sungguh dalam bertobat, Allah akan menerima taubat kita.
Pintu taubat selalu terbuka lebar, hingga datangnya tanda-tanda kiamat, yaitu ketika matahari terbit dari barat.
Sebagai hamba yang lemah, kita hendaknya selalu berserah diri kepada Allah dan memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan yang kita perbuat.
Dengan keyakinan bahwa Allah adalah Zat yang Maha Pengampun, kita dapat menjalani hidup dengan penuh harapan dan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan-Nya.
Kasih sayang dan penerimaan Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang bertobat adalah bukti nyata dari betapa besar cinta-Nya kepada kita semua.***