Kasus kematian mahasiswi kedokteran Undip yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RSUD Kariadi masih menjadi sorotan publik.
Kematian dr. Aulia Risma sangat mengejutkan masyarakat, terutama karena ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. keputusan tragis ini diduga berkaitan dengan perundungan atau bullying yang dialaminya selama menjalani PPDS Anestesi di Universitas Diponegoro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih memilukan, tak lama setelah kepergian dr. Aulia, ayahnya, Fakhruri, juga meninggal dunia. Ia dinyatakan meninggal pada 27 Agustus 2024 pukul 01.00 WIB di RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, setelah dirawat selama tiga hari. Kematian Fakhruri terjadi hanya 15 hari setelah putrinya ditemukan meninggal di kamar kos pada 12 Agustus 2024.
Hingga kini, pihak kepolisian belum menemukan bukti mengenai perundungan yang dialami dr. Aulia.
Sebelum meninggal, Aulia sempat mengirimkan pesan suara (VN) kepada ayahnya, di mana ia menceritakan kondisi kesehatan dan pengalaman selama mengikuti PPDS di Undip.
Dalam pesan tersebut, dr. Aulia terlihat sangat emosional dan mengungkapkan rasa sakit yang ia alami, termasuk kesulitan untuk bangun tidur akibat nyeri di seluruh tubuh, terutama punggung.
“Tiap aku bangun tidur tuh Pah, badannya sakit semua, punggungnya sakit. Bangun harus pelan-pelan, kalau enggak pelan-pelan enggak bisa bangun,” tukas mahasiswi PPDS kedokteran itu.
Ia juga menyebutkan mengalami batuk namun tidak bisa minum obat, sehingga harus menunggu hingga batuknya mereda.
Bahkan, untuk mendapatkan air putih pun ia mengalami kesulitan karena persediaan air di rumah sakit habis dan harus meminta bantuan petugas kebersihan.
“Aku aja tadi mau minum tuh susah. Di bangsal minumnya pada habis, aku akhirnya minta tolong minta tolong CS (cleaning service). Aku kasih uang 50 ribu, aku minta nitip beliin minum karena kan aku gak boleh ke minimarket, gak boleh ke kantin sama sekali,” tambahnya.
Di akhir pesan suaranya, dr. Aulia menyatakan keheranannya terhadap program PPDS di Undip dan membandingkannya dengan program yang dijalani teman-temannya di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).
“Bener-bener ya, Pah, di sini tuh… programnya panjang-panjang, Pah… Aku tanya temen aku yang di UNS itu gak 24 jam, Pah. Aku gak tau, aku bisa atau nggak, Pah,” ucap Aulia sambil menangis sesegukan, dikutip dari Tvonenews.
Penulis : Pipit Adila Wati, Siswi Magang, SMAN 1 PONOROGO.