SwaraWarta.co.id – Saat kita hendak menuju masjid untuk melaksanakan ibadah, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa yang memohon petunjuk dan cahaya dari Allah.
Salah satu doa yang populer di kalangan umat Islam adalah doa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, sebagaimana tercatat dalam hadits Bukhari dan Muslim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Doa ini mencakup permintaan agar Allah memberikan cahaya dalam berbagai aspek kehidupan kita, baik fisik maupun spiritual, sehingga perjalanan menuju masjid dan aktivitas ibadah kita senantiasa diberkahi dan diliputi oleh petunjuk-Nya.
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Ya Allah, ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.”
Permohonan ini menunjukkan keinginan agar Allah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam setiap langkah hidup kita.
Cahaya di hati berarti memohon agar hati kita selalu dipenuhi dengan kebersihan, keikhlasan, dan ketulusan dalam beribadah.
Dengan hati yang diterangi cahaya Ilahi, kita akan lebih mudah menjalani kehidupan yang penuh berkah dan jauh dari kegelapan dosa.
Cahaya di lidah adalah permohonan agar lisan kita senantiasa digunakan untuk mengucapkan hal-hal yang baik dan benar, seperti zikir, doa, dan nasihat yang bermanfaat.
Selain itu, cahaya di pendengaran dan penglihatan merupakan bentuk harapan agar kita selalu diberi kemampuan untuk mendengar dan melihat hal-hal yang bermanfaat, serta mampu menjauhi segala bentuk keburukan dan fitnah.
Dengan cahaya yang mengelilingi diri kita dari segala arah—atas, bawah, kanan, kiri, depan, dan belakang—kita memohon perlindungan total dari Allah, sehingga setiap langkah dan keputusan kita dalam hidup selalu berada dalam bimbingan-Nya.
Doa ini juga melanjutkan:
“Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya.”
Dalam permohonan ini, kita meminta agar Allah tidak hanya memberikan cahaya, tetapi juga memperbesar dan mengagungkan cahaya tersebut.
Ini mengandung makna agar hidup kita selalu dipenuhi dengan bimbingan dan petunjuk Ilahi yang tidak pernah padam.
Cahaya yang diminta di sini bukan hanya sekadar penerangan fisik, tetapi juga cahaya spiritual yang membantu kita menghadapi berbagai cobaan dan tantangan hidup.
Menjadi cahaya juga berarti kita berharap agar dapat menjadi teladan dan sumber kebaikan bagi orang lain, serta mampu menebarkan manfaat dan kebaikan di sekitar kita.
Bagian terakhir dari doa ini berbunyi:
“Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku.”
Permohonan ini lebih mendalam, karena mencakup setiap aspek fisik tubuh kita. Memohon agar urat saraf, daging, darah, rambut,
dan kulit kita diberi cahaya berarti meminta agar seluruh tubuh kita dipenuhi dengan keberkahan dan perlindungan dari Allah.
Dengan tubuh yang diliputi cahaya, kita berharap agar setiap tindakan dan gerakan kita selalu sejalan dengan kehendak-Nya, dan tubuh kita senantiasa terjaga dari hal-hal yang merusak baik secara fisik maupun spiritual.
Secara keseluruhan, doa ini mengajarkan kita untuk selalu memohon cahaya dan bimbingan dari Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Dengan berdoa seperti ini, terutama ketika hendak pergi ke masjid, kita berharap agar perjalanan dan ibadah kita selalu diliputi oleh petunjuk Ilahi, serta agar kita dijauhkan dari segala bentuk kegelapan dan keburukan.
Doa ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki hati yang bersih, lisan yang baik, dan tubuh yang diberkahi dalam setiap langkah menuju ketaatan kepada Allah.***