SwaraWarta.co.id – Dari dunia internasional diberitakan bahwa UNRWA, sebagai badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, mengungkapkan rasa prihatinannya terkait kondisi anak-anak di Jalur Gaza yang tidak lagi aman.
Hal ini disampaikan setelah Israel kembali melakukan pengeboman terhadap salah satu sekolah yang dikelola PBB di Kota Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada hari Rabu, 21 Agustus, Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa telah terjadi serangan yang sangat mengerikan di salah satu sekolah UNRWA di Kota Gaza.
Laporan tersebut menambah daftar panjang serangan terhadap fasilitas pendidikan di wilayah yang penuh konflik tersebut.
Menurut laporan, serangan tersebut menargetkan Sekolah Salah al-Din, yang menyebabkan dua warga Palestina tewas dan 15 lainnya terluka, termasuk beberapa anak-anak.
Beberapa korban dikabarkan tewas dalam keadaan terbakar, yang memperlihatkan betapa brutalnya serangan tersebut.
Lazzarini menegaskan bahwa Gaza sudah tidak lagi menjadi tempat yang layak bagi anak-anak untuk tinggal.
Ia menambahkan bahwa anak-anak menjadi korban pertama dari perang yang terus berlanjut tanpa belas kasihan ini.
Kondisi yang tidak manusiawi ini, menurutnya, tidak boleh dibiarkan menjadi norma baru di tengah konflik yang semakin memanas.
Selain itu, Lazzarini juga menyuarakan keprihatinannya tentang kemanusiaan yang tampaknya semakin hilang di tengah perang ini.
Ia menegaskan bahwa gencatan senjata sudah sangat mendesak untuk dilakukan guna mengakhiri penderitaan yang terus berlangsung.
Pada hari yang sama, PBB juga mengeluarkan peringatan mengenai perintah evakuasi militer Israel yang sedang berlangsung.
PBB menyebut bahwa perintah ini dapat memperburuk kondisi penduduk Jalur Gaza yang telah menderita akibat pengungsian paksa.
Ada kekhawatiran besar bahwa layanan-layanan penting di Gaza akan segera terputus, yang akan semakin memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Saksi mata melaporkan kepada Anadolu bahwa serangan udara Israel menghantam Sekolah Salah al-Din, yang merupakan sekolah kesembilan yang digunakan untuk menampung para pengungsi.
Sejak awal Agustus, sekolah-sekolah ini telah menjadi sasaran militer Israel, yang semakin memperburuk kondisi di Gaza.
Israel terus melakukan serangan di Jalur Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melakukan serangan pada 7 Oktober.
Serangan ini dilakukan meskipun ada resolusi dari Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Konflik yang terus berlanjut ini telah menelan korban lebih dari 40.170 jiwa warga Palestina, dengan sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Selain itu, lebih dari 92.740 orang dilaporkan mengalami cedera, berdasarkan laporan otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang berkelanjutan di Gaza juga menyebabkan kekurangan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Akibatnya, sebagian besar wilayah Gaza mengalami kerusakan parah.
Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di Rafah, sebuah kota di selatan Gaza.
Kota ini menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina sebelum akhirnya wilayah tersebut diserbu pada tanggal 6 Mei.
Dengan kondisi yang terus memburuk, seruan untuk mengakhiri kekerasan dan mengutamakan keselamatan warga sipil, terutama anak-anak, semakin mendesak untuk direspons oleh komunitas internasional.***