Swarawarta.co.id – Makanan roti buaya dalam hantaran perkawinan orang Betawi sangat menarik untuk dipelajari.
Mengenal Makna Roti Buaya
Budaya pernikahan Betawi kaya akan simbolisme dan tradisi yang sarat dengan makna mendalam.
Salah satu unsur khas yang tidak pernah terlewatkan dalam prosesi hantaran pernikahan Betawi adalah roti buaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga: Laku Bisu, Tradisi kemerdekaan Ala Masyarakat Tonatan Ponorogo
Roti buaya, dengan bentuknya yang unik dan ukurannya yang cukup besar, bukan sekadar hiasan atau makanan biasa.
Ia memiliki makna filosofis dan spiritual yang sangat penting dalam konteks budaya Betawi.
Asal-Usul dan Filosofi Roti Buaya
Dalam kebudayaan Betawi, buaya dianggap sebagai simbol kesetiaan dan keteguhan hati.
Buaya dikenal sebagai hewan yang setia pada pasangannya, di mana ia hanya memiliki satu pasangan seumur hidup.
Oleh karena itu, roti yang dibentuk menyerupai buaya ini menjadi lambang kesetiaan dalam kehidupan rumah tangga.
Ketika seorang pria Betawi menikah, ia membawa roti buaya sebagai bagian dari hantaran kepada keluarga calon istrinya.
Roti ini tidak hanya menjadi simbol kesetiaan pria kepada istrinya, tetapi juga merupakan janji bahwa ia akan setia dan menjaga pernikahannya sepanjang hidup.
Dengan membawa roti buaya, sang mempelai pria menunjukkan komitmennya untuk menjadi pasangan yang setia, layaknya buaya yang setia pada pasangannya.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Sumpah Pocong yang dilakukan Saka Tatal, Apa Akibatnya?
Makna Spiritual dan Harapan
Selain sebagai simbol kesetiaan, roti buaya juga memiliki makna spiritual.
Buaya, sebagai hewan yang kuat dan bertahan lama, melambangkan harapan agar pernikahan yang dijalani oleh pasangan suami istri tersebut dapat langgeng, kuat, dan tahan menghadapi segala cobaan.
Roti buaya yang disajikan dalam ukuran besar juga melambangkan harapan akan kelimpahan rezeki dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Di samping itu, roti buaya yang biasanya berpasangan, dengan satu roti buaya besar dan satu lagi kecil, melambangkan keseimbangan dalam rumah tangga.
Roti buaya kecil sering kali diletakkan di punggung roti buaya besar, yang menggambarkan bagaimana suami istri harus saling melindungi dan mendukung satu sama lain dalam menjalani kehidupan pernikahan.