SwaraWarta.co.id– Motif penyiksaan yang dilakukan Ifturrahmah terhadap Nizam, bocah SD yang tewas setelah dibiarkan kehujanan tanpa makanan dan minuman semalaman, terungkap. Ifturrahmah (24) mengakui bahwa tindakannya dipicu oleh dendam terhadap ibu kandung korban.
Ibu kandung Nizam merasa sangat sedih mendengar pengakuan Ifturrahmah, yang telah menyiksa dan mengakhiri hidup putranya yang baru berusia 6 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penyiksaan itu terjadi di Komplek Purnama Agung 7, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, pada Senin (19/8/2024). Jasad Nizam ditemukan pada Kamis (23/8/2024), dalam keadaan dibungkus karung dan disimpan di celah antara dinding rumah pelaku dan tetangga. Akibat perbuatannya, Ifturrahmah kini telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan anak tirinya.
Ifturrahmah adalah istri muda Ichan (37), setelah ia bercerai dari istri pertamanya, Tiwi. Ia lahir pada 11 Desember 2000 di Desa Seri Bandung, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Setelah suaminya sering berpindah-pindah tempat kerja, mereka akhirnya tinggal di Pontianak. Dari pernikahannya dengan Ichan, Ifturrahmah memiliki seorang anak yang masih bayi. Selama dua tahun terakhir, Nizam tinggal bersama ayah dan ibu tirinya di Pontianak setelah sebelumnya tinggal bersama ibunya di Jakarta.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Kalbar, Kombes Pol Raden Petit Wijaya, Ifturrahmah telah menolak untuk mengurus Nizam sebelum menikah.
“Motif awalnya, pelaku ini dari awal sudah tidak mau mengurus anak tirinya,” ujar Petit pada Sabtu (24/8/2024)
Ia juga mengaku kepada Tiwi selaku ibu kandung korban, bahwa ia menyimpan dendam terhadap bocah tersebut. Hal ini terungkap saat Tiwi bertemu langsung dengan Ifturrahmah di Polda Kalbar. Tiwi menyatakan bahwa Ifturrahmah sudah lama merasa cemburu jika suaminya lebih sayang kepada Nizam dibandingkan kepada anak mereka.
“Secara garis besar dia (tersangka) cemburu, kalau kasih sayang ayah Nizam itu lebih besar ke Ahmad Nizam dibandingkan dengan anaknya” terang Tiwi.
“Ada dendam terpendam yang dia lampiaskan kepada anak saya,” imbuh Tiwi.
Tiwi berusaha ikhlas menerima kepergian putranya, tetapi tetap ingin agar pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Jenazah Nizam telah dimakamkan di kampung halaman ayahnya pada Sabtu (24/8/2024) malam. Ayah dan nenek Nizam tidak dapat menahan tangis saat melepas kepergian Nizam.
Duka mendalam juga dirasakan oleh masyarakat sekitar, yang berharap agar pelaku diproses sesuai hukum.
Ratusan pelayat mengantarkan jenazah Nizam ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Desa Seri Bandung.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Seri Bandung, Sobirin mengucapkan belasungkawa atas kepergian Nizam.
“Almarhum memang orang tuanya asli warga Seri Bandung, namun merantau ke Kalimantan,” kata Sobirin ditemui usai pemakaman, Minggu (25/8/2024) dini hari.
“Semua warga terutama keluarga dan kerabat tahu kalau Nizam akan disekolahkan di sini (Seri Bandung). Entah lanjut atau baru masuk SD, seperti itulah,” ujar Sobirin.
“Kami warga Seri Bandung mengucapkan turut berduka cita. Semoga almarhum ananda Nizam tenang di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ucapnya.
Sobirin juga berharap pelaku penganiayaan terhadap Nizam dapat diproses seadil-adilnya sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
“Kami yakin keadilan ditegakkan dan pelaku diproses hukum setimpal sesuai perbuatannya,” kata Sobirin.
Sementara Kepala Desa Seri Bandung, Fansuri menuturkan, keluarga ayah kandung dan ibu tiri Nizam masih ada hubungan keluarga.
“Keluarga ayah dan ibu Nizam itu bukannya tanpa ada hubungan (keluarga). Semuanya sedang berduka dan saat ini mungkin belum dapat bicara pada media,” ungkap Fansuri.
Akibat perbuatannya, tersangka Ifturrahmah dapat dijatuhi hukuman penjara hingga 15 tahun.
Penulis : Vahira Mona Luthfita, Siswi Magang, SMAN 1 PONOROGO