SwaraWarta.co.id – Diberitakan bahwa lebih dari 10 bulan setelah konflik Israel–Palestina kembali memanas pada 7 Oktober 2023, kondisi di Jalur Gaza semakin memburuk.
Ratusan ribu warga Gaza kini harus menghadapi antrean panjang setiap harinya untuk memperoleh bantuan makanan yang jumlahnya semakin menipis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketergantungan mereka terhadap bantuan kemanusiaan semakin meningkat karena kelangkaan pangan yang semakin parah di wilayah tersebut.
Berdasarkan laporan terbaru dari Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), sekitar 96 % penduduk Gaza kini mengalami tingkat kerawanan pangan yang sangat tinggi.
Dari jumlah tersebut, sekitar 2,15 juta orang dihadapkan pada ancaman kelaparan yang berada di tingkat “krisis” atau bahkan lebih buruk lagi.
Lebih mengkhawatirkan, hampir setengah juta dari populasi tersebut kini berada dalam kondisi yang digambarkan sebagai “bencana.”
Kondisi ini diperparah oleh berbagai hambatan yang muncul akibat konflik yang terus berlanjut.
WFP menyoroti bahwa pertikaian yang masih berlangsung, infrastruktur yang rusak, serta gangguan terhadap ketertiban umum telah sangat menghambat operasi distribusi makanan.
Situasi ini menyebabkan berkurangnya pasokan makanan yang dapat didistribusikan ke masyarakat yang sangat membutuhkannya.
Gangguan distribusi makanan tidak hanya terjadi karena infrastruktur yang rusak, tetapi juga karena kondisi keamanan yang tidak menentu.
Banyak jalur distribusi yang terpaksa ditutup atau dialihkan karena kekhawatiran akan keselamatan para pekerja kemanusiaan.
Situasi ini memperburuk kondisi warga yang sudah menderita akibat kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih.
Warga Gaza tidak hanya menghadapi kelangkaan pangan, tetapi juga peningkatan harga barang-barang kebutuhan pokok.
Harga pangan meroket di pasar lokal akibat keterbatasan pasokan, membuat banyak keluarga tidak mampu membeli makanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.
Kondisi ini memperburuk ketidakpastian dan penderitaan di kalangan masyarakat Gaza.
Upaya internasional untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza terus berlanjut, tetapi tantangan besar tetap ada.
Komunitas internasional, termasuk badan-badan PBB dan organisasi non-pemerintah, berusaha untuk memastikan bantuan makanan dan kebutuhan dasar lainnya bisa masuk ke wilayah yang terisolasi ini.
Namun, tanpa solusi jangka panjang untuk mengakhiri konflik dan memperbaiki infrastruktur yang rusak, bantuan yang ada hanya mampu memberikan solusi sementara.
Dengan krisis yang semakin parah, diperlukan perhatian mendesak dari berbagai pihak untuk mengatasi kerawanan pangan di Gaza.
Kolaborasi yang lebih erat antara badan-badan kemanusiaan internasional dan upaya diplomasi yang intensif dibutuhkan untuk menciptakan jalur aman bagi pengiriman bantuan.
Hanya dengan cara ini, kebutuhan mendasar warga Gaza dapat terpenuhi, dan penderitaan mereka dapat berkurang di tengah situasi yang semakin tidak menentu.
Kondisi ini menyoroti perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dalam menangani krisis kemanusiaan di Gaza.
Selain bantuan langsung, perlu juga upaya untuk memperbaiki infrastruktur, membuka jalur perdagangan, dan menciptakan kondisi yang aman bagi warga untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Tanpa langkah-langkah ini, ancaman kelaparan yang dihadapi oleh jutaan orang di Gaza akan terus memburuk.***