SwaraWarta.co.id – Diberitakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mengingatkan warga yang tinggal di sepanjang pesisir pantai selatan agar selalu waspada terhadap potensi bencana tsunami.
Imbauan ini diberikan seiring dengan meningkatnya potensi ancaman dari tumbukan lempeng yang berada di Samudera Hindia, Australia, dan Benua Asia yang dapat memicu gelombang tsunami di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama, menyatakan bahwa dalam upaya mitigasi bencana, pihaknya terus mengintensifkan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di wilayah pesisir selatan Banten.
Edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan warga dalam menghadapi potensi bencana tsunami.
Febby menekankan pentingnya masyarakat di kawasan pesisir selatan untuk selalu waspada, mengingat lokasi mereka yang berada tepat di sepanjang garis pantai yang berbatasan dengan Samudera Hindia.
Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Wanasalam, Malingping, Cihara, Panggarangan, Bayah, Cilograng, dan Cibeber diingatkan untuk tetap siaga setiap saat.
Daerah-daerah tersebut diketahui memiliki risiko tinggi terhadap ancaman tsunami akibat posisi geografisnya yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Dalam upaya meningkatkan keselamatan warga, pemerintah daerah Kabupaten Lebak telah memetakan sekitar 120 titik jalur yang tersebar di sepanjang pesisir selatan.
Pemetaan ini dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas agar masyarakat dapat dengan mudah menemukan jalur evakuasi saat terjadi bencana.
Jalur evakuasi ini dirancang agar warga dapat bergerak cepat ke tempat yang lebih aman, dengan perkiraan waktu penyelamatan sekitar 10-20 menit.
BPBD Lebak juga memberikan perhatian khusus pada jalur evakuasi yang dianggap sangat penting dalam upaya penyelamatan warga dari ancaman tsunami.
Dengan adanya jalur evakuasi ini, diharapkan masyarakat dapat segera bergerak ke lokasi yang lebih tinggi seperti perbukitan atau bangunan-bangunan yang kuat dan tinggi untuk berlindung saat bencana terjadi.
Lebih lanjut Febby menyampaikan apresiasinya kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang telah menyelenggarakan program Sekolah Lapang Geofisika.
Program ini dirancang untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat pesisir mengenai cara penyelamatan diri saat terjadi tsunami.
Melalui program ini, warga diharapkan dapat segera berlari menuju perbukitan atau selter yang telah disediakan di sepanjang jalur evakuasi.
Selain itu, Ketua Tim Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Wijayanto, mengimbau masyarakat untuk tidak panik,
Namun tetap waspada terhadap potensi gempa di zona Megathrust, terutama di wilayah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
BMKG juga mencoba mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi 13 zona Megathrust yang telah terbentuk lama sejak ribuan tahun yang lalu akibat adanya pertemuan lempeng samudra dengan lempeng benua.
Zona-zona ini berpotensi memicu gempa besar yang dapat menyebabkan tsunami.
Wijayanto menekankan pentingnya masyarakat yang tinggal di wilayah selatan untuk selalu waspada, namun tidak perlu panik.
Ia menyarankan agar masyarakat memahami risiko yang ada dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi potensi bencana tersebut.
Dengan adanya sosialisasi dan edukasi yang terus diberikan, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan mereka dalam menghadapi kemungkinan terjadinya tsunami.***