SwaraWarta.co.id Isu gempa megathrust di Indonesia kembali menjadi perhatian setelah gempa kuat berkekuatan 7,1 Skala Richter (SR) terjadi di Pulau Kyushu, Jepang, pada 8 Agustus lalu.
Baca Juga: Tingkatan Kewaspadaan, BPBD DKI Jakarta Bagikan Buku Edukasi Gempa
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memperingatkan bahwa gempa dari dua zona megathrust di Indonesia, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, bisa saja terjadi kapan saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sebetulnya isu megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa, (27/8).
Gempa besar biasanya memiliki siklus yang berlangsung hingga ratusan tahun. Namun, BMKG belum bisa memastikan kapan gempa ini akan terjadi.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya masyarakat untuk bersiap menghadapi kemungkinan efek dari megathrust.
Dwikorita menjelaskan bahwa isu ini bukan hal baru, tetapi perlu diingatkan agar masyarakat lebih siap.
“Kami edukasi publik bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemda sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang menyebabkan tsunami,” kata dia.
Baca Juga: Menghadapi Potensi Gempa Megathrust: Pakar UGM Sarankan Masyarakat Tetap Tenang dan Siaga
BMKG telah mengambil beberapa langkah untuk mengantisipasi potensi megathrust seperti Pemasangan Sensor Peringatan Dini, Edukasi Masyarakat, Bergabung dengan Komunitas Internasional, Pemeliharaan Sistem Peringatan Dini hingga Penyebarluasan Informasi