SwaraWarta.co.id Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko telah melakukan sebuah tradisi turun temurun pada tanggal 1 Muharam atau 1 Suro.
Dalam acara ini terdapat 10 tumpeng yang akan dilarung di sekitar Telaga Ngebel. Di antara 10 tumpeng tersebut, satu di antaranya merupakan tumpeng raksasa yang akan dilakukan larungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga:
Mengenal Tradis Larungan Kambing Kendhit dan Buceng Alit di Telaga Ngebel
Sementara 9 tumpeng lainnya akan diporak atau diperebutkan oleh warga sekitar desa.
Sebelum tumpeng raksasa dilakukan larungan, 10 tumpeng tersebut diarak keliling Telaga Ngebel supaya banyak orang melihatnya.
Tumpeng-tumpeng tersebut berisi buah-buahan, sayuran, jajanan pasar, dan makanan khas Telaga Ngebel.
Setelah diarak keliling, Bupati Sugiri Sancoko melakukan larungan tumpeng raksasa di tengah Telaga Ngebel.
Larungan tersebut merupakan bagian dari tradisi 1 suro yang selalu dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo.
Menurut Bupati Sugiri Sancoko, tradisi larungan ini adalah untuk menjaga budaya dan mewariskannya ke generasi penerus.
Ia juga mengatakan bahwa larungan tersebut merupakan bentuk introspeksi diri, mengungkapkan kesalahan dan kekurangan yang dilakukan di masa lalu untuk menjadi lebih baik di masa depan.
“Ini jadikan hari ini untuk kaca benggala kesalahan kekurangan kemudian apapun masa lalu kita lakukan tidak baik maka dilarung ritual di Ngebel agar kita menatap ke depan memproyeksikan menjadi lebih baik,” katanya
Bupati Sugiri Sancoko juga berharap bahwa tumpeng yang diperebutkan oleh warga bisa diperbanyak dan melibatkan pihak sekolah dalam mengarak tumpeng.
Hal ini dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan dan peradaban serta membudayakan karakter kepada generasi penerus.
Ada SMAN 1, STM negeri 1, STM negeri 2, PGRI kabeh SMA STM mengarak tumpeng. Diberi suporter maka akan hadir spirit.. Kenapa kok anak SMA? kita sedang mentransfer knowledge. Mentransfer peradaban. Karakter agar generasi penerus, Gen Z ini hebat akhlaknya, SDM hebat tapi juga berbudaya,” urainya.
Baca Juga:
Libur Lebaran, Jumlah Wisatawan di Telaga Ngebel Kian Membludak
Tumpeng-tumpeng tersebut juga diarak sebelum dilakukan larungan karena dianggap sebagai pusaka yang berharga.
Di samping itu, larungan tersebut juga merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas karunia ciptaan dan kekayaan telaga Ngebel yang indah. .
Bupati Sugiri Sancoko sangat bangga dengan keindahan dan adat istiadat di sekitar telaga Ngebel yang ramah dan penuh semangat kerja baik.
Terakhir, ia mengajak masyarakat untuk bersedekah tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada makhluk hidup lain seperti ikan yang membutuhkan makanan.
“Mari kita pahami bersama, bersedekah itu tidak hanya kepada manusia tapi ke binatang ikan banyak hal membutuhkan makan itu penting untuk kita lakukan kepada generasi penerus paham bahwa eh ternyata ikan butuh makan Suatu saat kita pancing ikan itu maka harus ngasih makan ke ikan,” urainya