SwaraWarta.co.id Matematika dan budaya adalah dua hal yang saling berhubungan erat dalam kehidupan sehari-hari.
Keduanya berkembang secara alami dalam lingkungan sosial, sehingga saling mempengaruhi dalam berbagai aspek pengetahuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga: Asyiknya Belajar Matematika melalui Permainan Kubus Rubik
Di Indonesia, yang memiliki beragam budaya, penerapan matematika dalam setiap budaya juga bervariasi.
Matematika merupakan bagian dari budaya yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam budaya terdapat berbagai konsep matematika yang berbeda, sehingga memperjelas hubungan antara matematika dan budaya. Hubungan ini sering disebut sebagai etnomatematika.
Penerapan Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak yang berpikir bahwa matematika hanya dipelajari di sekolah, padahal kita sering menggunakannya dalam berbagai aspek kehidupan, seperti mengukur, menghitung, mengurutkan bilangan, dan dalam kegiatan jual beli.
Apa Itu Etnomatematika?
Etnomatematika adalah “matematika terapan” yang berkembang dalam kelompok budaya tertentu, seperti masyarakat suku, kelompok pekerja, anak-anak, dan berbagai profesi.
Baca Juga: Biodata Jerome Polin: Tinggi, Berat dan Penampilan Fisik
Singkatnya, etnomatematika adalah bentuk matematika yang telah menyatu dengan budaya.
Menurut Zulkifli dan Dardiri (2016), secara bahasa, etnomatematika terdiri dari tiga bagian: “etno” yang berarti konteks sosial budaya, termasuk bahasa, perilaku, mitos, dan simbol.
Mathema” yang berarti pengetahuan dan aktivitas seperti mengukur dan mengklasifikasi; dan akhiran “tik” yang berasal dari kata techne, yang berarti teknik.
Etnomatematika dalam Budaya Nusantara
Setiap suku di Nusantara memiliki budaya yang unik, dan jika kita melihatnya dari sudut pandang matematis, banyak hal menarik yang bisa ditemukan. Berikut adalah beberapa contohnya:
1. Etnomatematika di Jawa
Di Jawa, khususnya di daerah Pati, masyarakat yang masih memegang kepercayaan kejawen percaya pada hari baik dan buruk untuk melakukan kegiatan, seperti pernikahan.
Mereka menggunakan perhitungan yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Baca Juga: Bagaimana Ilmu Sains Digunakan dalam Pekerjaan Arsitek?
Perhitungan Jawa: Dalam permainan tradisional Jawa seperti engkling, pemain menggambar kotak-kotak di tanah dengan sisi sekitar 30 cm.
Melalui permainan ini, anak-anak bisa belajar berhitung dan mengenal bentuk persegi, serta memahami konsep jaring-jaring kubus.
2. Seni Ornamen Geometris Melayu
Selain di Jawa, masyarakat Melayu juga memiliki penerapan matematika dalam budaya mereka, terutama dalam seni ornamen.
Mereka mengenal berbagai motif atau ornamen yang membuat benda terlihat lebih indah dan berwibawa. Beberapa contoh ornamen Melayu adalah:
– Bunga Matahari: Simetri lipat persegi panjang
– Tempuk Pinang: Simetri lipat persegi
– Genting Tak Putus: Segitiga siku-siku
– Roda Bunga: Busur lingkaran
– Lilit Kangkung: Simetri lipat persegi panjang
Dalam budaya Melayu, ornamen-ornamen ini tidak hanya memperindah tetapi juga menunjukkan pemahaman geometris yang kaya.
Etnomatematika menunjukkan bagaimana matematika dan budaya saling terkait dan berkembang bersama dalam kehidupan masyarakat.
Dengan memahami etnomatematika, kita dapat melihat bahwa matematika bukan hanya ilmu yang dipelajari di sekolah, tetapi juga bagian dari budaya yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat.