SwaraWarta.co.id Setiap musim kemarau, warga Ponorogo mengalami kekeringan. Bahkan warga Lingkungan Magersari, Dusun Sukun, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pulung, menghadapi krisis air bersih yang semakin parah.
Selama tiga bulan terakhir, sekitar 33 jiwa dari 13 kepala keluarga (KK) di wilayah ini mengalami kesulitan air, terutama saat musim kemarau. Satu-satunya sumber air, yaitu sumur galian, mengering dan tidak lagi mengeluarkan air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga: Krisis Air Bersih Terjadi di 3 Desa Mojokerto, 8.320 Jiwa Turut Terdampak
“Di sini total ada 33 jiwa, kekeringan ini sudah berlangsung selama 3 bulan terakhir,” tutur salah satu warga Marten kepada wartawan, Senin (29/7).
Karena kekeringan, warga terpaksa menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan memasak.
Namun, air sungai tersebut mengandung zat kapur sehingga harus diendapkan selama sekitar seminggu sebelum dapat digunakan.
“Jadi setelah diambil biasanya diendapkan. Itu pun membutuhkan waktu sekitar seminggu. Baru bisa dimasak,”ujar Marten.
Marten, menjelaskan bahwa air sungai sering kali kering karena dipakai untuk mengairi sawah oleh warga lainnya.
“Kalau tidak ada air ya tidak mandi, cuci muka saja,” tukas Marten
Sumur terdekat yang dapat digunakan oleh warga berada sekitar 100 meter dari pemukiman, dengan kedalaman mencapai 10 meter.
Karena pompa listrik tidak mampu menyedot air dari kedalaman tersebut, warga bergantian menggunakan pompa manual untuk mendapatkan air.
Proses ini pun harus dilakukan secara bergiliran agar semua warga dapat memperoleh air.
Warga yang tinggal di kawasan hutan milik Perhutani ini juga sangat bergantung pada bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Kasdi, warga lainnya, mengatakan bahwa ia harus bolak-balik sejauh 300 meter dengan memanggul jirigen berisi 10 liter air untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk minum bagi ternak.
Baca Juga:Rawan Terendam Banjir, PDAM Semarang Siaga Pasokan Air Bersih
Ketua RT setempat, Nurhadi, telah mengajukan permohonan bantuan air bersih kepada BPBD Ponorogo sejak akhir Juni.
Usaha untuk mencari sumber air bersih baru juga sudah dilakukan, namun sulit ditemukan karena wilayah tersebut berbukit dan berbatu.
Membeli air bersih isi ulang juga bukan solusi yang mudah bagi warga karena terkendala masalah ekonomi.
“Jadi warga mengandalkan air sungai, tapi juga bantuan air bersih dari donatur atau BPBD,” pungkasnya