Presiden Iram, Ebrahim Raisi Meninggal dalam Kecelakaan Helikopter – SwaraWarta.co.id (Sumber: NewsRoom.id) |
SwaraWarta.co.id – Presiden Iran, Ebrahim Raisi meninggal dunia setelah helikopter yang membawanya dan pejabat lainnya jatuh di daerah pegunungan dan hutan di negara itu dalam cuaca buruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pria berusia 63 tahun ini adalah tokoh yang mewakili faksi konservatif dan garis keras dalam Politik Iran.
Dia telah menjabat sebagai presiden selama hampir tiga tahun dan tampaknya akan mencalonkan diri kembali pada pemilihan tahun depan.
Sebagai mantan Ketua Mahkamah Agung, Raisi disebut-sebut sebagai calon penerus Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran yang saat ini berusia 85 tahun.
Raisi lahir di Mashhad, di timur laut Iran, sebuah pusat keagamaan bagi Muslim Syiah.
Dia menjalani pendidikan agama dan belajar di seminari di Qom, menimba ilmu dari ulama-ulama terkemuka, termasuk Khamenei.
BACA JUGA: Owner Skincare Fenny Frans Lapor Polisi Usai Suami Selingkuh dengan ART
Seperti pemimpin tertinggi, dia juga mengenakan serban hitam, yang menandakan bahwa dia adalah seorang sayyid – keturunan Nabi Muhammad, sebuah status yang memiliki arti penting khusus di kalangan Muslim Syiah Dua Belas Imam.
Raisi mengumpulkan pengalaman sebagai jaksa di berbagai yurisdiksi sebelum datang ke Teheran pada tahun 1985.
Di ibu kota inilah, menurut organisasi hak asasi manusia, dia menjadi bagian dari komite hakim yang mengawasi eksekusi tahanan politik.
Presiden yang baru saja meninggal ini adalah anggota lama dari Majelis Ahli, badan yang bertugas memilih pengganti pemimpin tertinggi jika ia meninggal.
Yayasan amal kolosal ini memiliki aset bernilai miliaran dolar dan merupakan penjaga makam Imam Reza, imam kedelapan dalam keyakinan Syiah.
Raisi awalnya mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017, menantang pencalonan kembali mantan Presiden Hassan Rouhani, yang mewakili kubu sentris dan moderat, namun tidak berhasil.
BACA JUGA: Pro Kontra Biksu Thudong yang Sedang Viral di Medsos
Latar Belakang Kehidupan dan Karir Ebrahim Raisi
Ebrahim Raisi lahir pada 14 Desember 1960 di Mashhad, kota terbesar kedua di Iran yang dikenal sebagai pusat religi.
Sejak usia muda, Raisi telah tertarik pada pendidikan agama dan pindah ke Qom untuk belajar di Hawza (seminari keagamaan) di sana. Qom sendiri adalah kota suci bagi Muslim Syiah dan tempat di mana banyak ulama terkemuka mengajar.
Pada usia 15 tahun, Raisi mulai bekerja sebagai pengawas di kantor kejaksaan di Karaj dan Hamedan.
Pada tahun 1981, dia diangkat menjadi jaksa di Karaj. Sepanjang karirnya, Raisi memegang berbagai posisi penting dalam sistem peradilan Iran.
Namun, masa lalu Raisi diwarnai kontroversi, terutama terkait perannya dalam komite yang mengawasi eksekusi massal tahanan politik pada tahun 1988, yang sering disebut sebagai “Pembantaian 1988”.
Raisi telah menjadi anggota lama dari Majelis Ahli, sebuah badan yang terdiri dari ulama-ulama yang memiliki kekuasaan untuk memilih dan mengawasi pemimpin tertinggi Iran.
Posisi ini memberinya pengaruh besar dalam struktur politik Iran. Majelis Ahli juga dikenal sebagai lembaga yang sangat penting karena memiliki kekuasaan untuk menentukan arah kepemimpinan tertinggi di negara itu.
Pada tahun 2016, Khamenei menunjuk Raisi sebagai pemimpin Astan Quds Razavi.
Yayasan ini tidak hanya mengelola situs suci Imam Reza tetapi juga mengendalikan berbagai bisnis dan properti, membuatnya menjadi salah satu entitas ekonomi terbesar di Iran.
Posisi ini memperkuat profil Raisi di kalangan politik Iran dan memberinya basis dukungan yang luas.***