Fakta Menarik Singapore Airlines – SwaraWarta.co.id (Sumber: CNA) |
SwaraWarta.co.id – Turbulensi hebat di atas Myanmar mengguncang penerbangan Singapore Airlines SQ321 yang awalnya direncanakan dari Bandara Heathrow London, Inggris, menuju Changi Airport, Singapura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kejadian ini terjadi sekitar 11 jam setelah keberangkatan, saat pesawat mencapai ketinggian 11.300 meter di atas Cekungan Irrawaddy.
Turbulensi ekstrem ini terjadi selama lebih dari satu menit, dengan gelombang naik dan turun yang kuat beberapa kali.
FlightRadar.24 mencatat bahwa pesawat turun 6.000 kaki dalam lima menit, dari 37.000 kaki ke 31.000 kaki.
Meskipun terjadi penurunan tajam, pilot berhasil mengendalikan pesawat dan mengalihkannya ke Bangkok setelah panggilan darurat dari penerbangan.
BACA JUGA: Pengakuan Salah Satu Penumpang Turbulensi Singapore Airlines
Pesawat mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok pukul 15.45 waktu setempat.
Bandara Suvarnabhumi menerima panggilan darurat dari penerbangan Singapore Airlines yang melaporkan penumpang terluka akibat turbulensi.
Bandara Suvarnabhumi menerima panggilan darurat dari penerbangan SQ321, yang melaporkan penumpang terluka akibat turbulensi.
Pesawat mendarat pukul 15:45 waktu Bangkok, dengan tim medis siap merawat korban luka.
Dalam kejadian tersebut, satu orang meninggal dunia.
Korban tewas adalah seorang pria berkewarganegaraan Inggris berusia 73 tahun, bernama Geoff Kitchen. Penyelidikan awal menunjukkan bahwa korban menderita penyakit jantung.
Thornbury Musical Theatre Group, tempat Kitchen bekerja, mengonfirmasi kematian tersebut.
Kementerian Luar Negeri Inggris juga memberikan bantuan kepada keluarganya.
Tim medis disiapkan untuk merawat 71 orang yang terluka, termasuk enam yang mengalami luka parah.
BACA JUGA: Syarat Gadai Motor Tanpa BPKB, Dijamin Proses Cepat!
Sebanyak 30 penumpang dirawat di rumah sakit, sementara yang lain menerima perawatan di bandara.
General Manager Bandara Suvarnabhumi menyatakan bahwa pendaratan darurat telah diinformasikan sekitar 10 menit sebelumnya.
Hampir 200 penumpang menunggu untuk melanjutkan perjalanan mereka, sedangkan pesawat lain dari Singapore Airlines dengan 131 penumpang telah berangkat dari Bangkok menuju Singapura.
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapan dan keterampilan pilot dalam menghadapi situasi darurat, serta perlunya perawatan medis yang cepat dan efisien bagi para korban.
Turbulensi selalu menjadi risiko yang perlu diperhitungkan dalam penerbangan, dan keamanan penumpang harus tetap menjadi prioritas utama.***