Fenomena kesurupan – SwaraWarta.co.id (Sumber: Hello Sehat) |
SwaraWarta.co.id – Belakangan ini, Film Vina yang merupakan sebuah film berdasar kisah nyata dari kasus pembunuhan dua orang remaja oleh geng motor pada tahun 2016 di Cirebon ini menjadi Viral.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Fenomena kesurupan yang menjadi bagian dari scene dalam film menjadi sebuah catatan tersendiri, dan tentunya menjadi hal menarik untuk dikaji,
karena dalam kacamata Islam, arwah orang mati tidaklah bisa ke mana-mana lagi kecuali sedang dihisab di alam kubur untuk mempertanggungjawabkan amalannya selama hidup di dunia.
Soal kesurupan yang meyakini bahwa itu adalah arwah Vina jelaslah sebuah kekeliruan, karena arwah orang mati tidaklah bisa gentayangan seperti yang terjadi pada kasus Vina ini.
Kesurupan arwah Vina, bisa jadi merupakan perbuatan jin atau setan yang hendak menyesatkan manusia, atau fakta lainnya yang bisa jadi tidak kita ketahui.
Lantas, soal jin yang merasuki tubuh manusia, penjelasannya seperti apa?
BACA JUGA: Seorang Ibu Tega Paksa Anaknya Aborsi : Sempat Rekam Sang Anak Berhubungan Badan
Agama Islam adalah agama yang sempurna dalam menjelaskan hubungan antara sesama makhluk dan bagaimana mereka berinteraksi dalam kehidupan ini.
Dalam banyak kasus, kita menyaksikan keanehan dalam hubungan dua alam tersebut yang menimbulkan banyak tanda tanya.
Namun, hanya sedikit yang mencoba mencari jawabannya melalui berita terpercaya dan akurat.
Sumber yang akurat dalam memberikan jawaban hanyalah wahyu, yaitu al-Qur`ân dan Sunnah yang shahîhah, karena perkara tersebut adalah perkara gaib yang tidak dapat diuji secara empiris di laboratorium manusia.
Salah satu bukti keimanan seseorang adalah meyakini berita perkara-perkara gaib yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun Hadits yang shahih.
Dalam Islam disebutkan bahwa hal dunia gaib itu ada dua bagian; gaib yang sifatnya mutlak serta gaib yang sifatnyq nisbi.
Gaib mutlak merupakan perkara gaib yang hanya bisa diketahui oleh sang Pemilik Alam Semesta, Allah semata.
BACA JUGA: Siswi SMP di Jaksel Nekat Lompat dari Lantai 3 Sekolah
Adapun gaib yang sifatnya nisbi adalah hal gaib yang bisa diketahui oleh sebagian makhluk yang diberkahi kelebihan.
Karena hal itulah alam Jin dan alam Malaikat termasuk ke dalam dunia gaib yang sifatnya adalah nisbi, hal ini dikarenakan karena sebagian malaikat masih ada yang bisa dilihat oleh sebagian nabi dan rasul, baik itu dalam bentuk jelmaan menjadi seperti manusia ataupun dalam bentuk wujud asli.
Bahwa jin itu memiliki wujud nyata, bukan hanya gambaran tentang nilai-nilai negatif yang ada dalam diri manusia sebagaimana pandangan beberapa filsuf dan intelektual. Buktinya, jin memiliki bentuk fisik dan kebutuhan biologis.
Misalnya, dalam kisah Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, jin mengambil buah kurma miliknya.
Hal ini juga ditunjukkan dalam kejadian yang dialami Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sewaktu ditugasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga harta zakat, di mana jin mencuri harta zakat tersebut.
Jin juga memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda, ada yang seperti ular, anjing, dan binatang lainnya.
Dalam kisah Ubay bin Ka’ab, jin muncul dalam rupa yang mirip anjing.
Dalam kisah lain, seorang Sahabat yang ingin turut serta berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang sejenak sebelum berangkat perang dan mendapati istrinya memberi tahu bahwa di kamar ada seekor ular besar.
Sahabat tersebut kemudian gegas membunuhnya, akan tetapi ia dan jin yang menjelma seekor ular tersebut akhirnya mati di tempat.
Dalam hal lain, manusia dapat berbicara dengan jin ataupun sebaliknya jin juga akan bisa mengerti bahasa yang digunakan oleh manusia. Dalam hadits Ubay bin Ka’ab, Ubay bercakap-cakap dengan jin.
Begitu pula dalam kisah Abu Hurairah Radhiyallahu anhu saat menangkap jin yang mencuri harta zakat.
Untuk menghindari gangguan jin, umat Islam dianjurkan membaca Ayat Kursi pada pagi dan sore hari, bukan dengan cara meletakkan tulisan Ayat Kursi dalam dompet atau menggantungkannya di mobil, dinding rumah, atau di leher anak-anak kecil sebagaimana perbuatan orang-orang yang tertipu oleh jin.
Kesurupan dalam Kacamata Islam
Dalam bahasan ini, kita hanya akan membahas hal yang berhubungan dengan jin secara khusus, yaitu masalah kesurupan atau masuknya jin ke dalam tubuh manusia.
Sering kita dengar ungkapan masyarakat ketika melihat orang kesurupan bahwa ia kemasukan jin, atau orang yang marah berlebihan dikatakan bagaikan kemasukkan setan.
Dalam hal ini tentang keniscayaan jin yang bisa merasuk ke dalam jasad manusia, tentunya merupakan salah satu sisi perbedaan yang dimiliki oleh jin dengan malaikat.
Hal ini kerap menjadi sebuah perdebatan dari jaman dulu di antara para ulama Ahlussunnah dengan para jemaah pengikut aliran Mu’tazilah yang rasionalisme.
Menurut Ahlussunnah, jin bisa masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi perilaku serta kondisi fisik seseorang.
Hal ini didasarkan pada berbagai hadits yang menceritakan interaksi manusia dengan jin.
Dalam beberapa kasus, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusir jin dari tubuh seseorang, menunjukkan bahwa fenomena ini diakui dalam ajaran Islam.
Sebaliknya, pengikut Mu’tazilah yang bermadzhab rasionalisme menolak kemungkinan jin masuk ke dalam tubuh manusia.
Mereka berpendapat bahwa segala sesuatu harus dapat dijelaskan secara rasional dan empiris.
Oleh karena itu, mereka menganggap kisah-kisah tentang jin sebagai simbolik atau metafora yang menggambarkan kondisi psikologis atau spiritual seseorang.
Dalam perspektif Islam, memahami dan meyakini keberadaan jin serta interaksi mereka dengan manusia adalah bagian dari keimanan terhadap perkara-perkara gaib.
Namun, penting untuk selalu merujuk kepada al-Qur`ân dan Sunnah yang shahîhah sebagai sumber utama dalam memahami fenomena ini.
Hanya dengan berpegang pada wahyu, umat Islam dapat menghindari penafsiran yang keliru dan tetap berada di jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama.***