Mandau – SwaraWarta.co.id (Sumber: Pinterest) |
SwaraWarta.co.id – Senjata Tradisional Kalimantan Utara menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan Budaya Indonesia pada umumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Senjata Tradisional Kalimantan Utara tentunya merupakan senjata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari untuk berburu, upacara adat, dan lain-lainnya.
Kalimantan Utara sendiri merupakan sebuah provinsi yang terletak di Indonesia, memiliki Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahannya.
Wilayah ini menjadi rumah bagi suku Dayak yang kaya akan warisan budaya mereka.
Salah satu aspek penting dari warisan budaya suku Dayak adalah Senjata Tradisional Kalimantan Utara yang mereka gunakan dalam berbagai konteks, baik sebagai alat pertahanan diri, alat berburu, maupun dalam upacara adat.
Salah satu Senjata Tradisional Kalimantan Utara yang digunakan oleh suku Dayak adalah lonjo.
Lonjo merupakan sejenis tombak yang digunakan untuk berburu dan juga dalam pertempuran tradisional.
Biasanya terbuat dari kayu keras yang diberi ujung logam tajam, lonjo merupakan simbol kekuatan dan keberanian bagi suku Dayak.
Selain lonjo, sungga juga merupakan senjata tradisional yang penting bagi suku Dayak.
Sungga adalah sejenis panah yang digunakan dalam berburu, terutama untuk menyerang hewan besar seperti babi hutan atau rusa.
Panah sungga terbuat dari bambu yang diberi ujung logam tajam dan bulu burung sebagai stabilisator dalam penerbangan.
BACA JUGA: 10 Senjata Tradisional Bangka Belitung yang Memiliki Nilai Sejarah dan Budaya
Satu lagi senjata tradisional yang penting bagi suku Dayak adalah Mandau.
Mandau merupakan sejenis parang atau pedang tradisional yang memiliki nilai simbolis dan spiritual yang tinggi bagi suku Dayak.
Mandau sering digunakan dalam upacara adat, sebagai simbol kekuatan dan keberanian.
Terbuat dari logam dan kayu, Mandau sering dihiasi dengan ukiran dan simbol-simbol kepercayaan suku Dayak.
Senjata Tradisional Kalimantan Utara Beserta Penjelasannya
Secara rinci, berikut adalah uraian ringkas mengenai Senjata Tradisional Kalimantan Utara tersebut.
1. Bujak
Bujak – SwaraWarta.co.id (Sumber: Pinterest) |
Bujak merupakan salah satu Senjata Tradisional Kalimantan Utara yang memiliki kemiripan dengan tombak, namun memiliki ciri khas yang membedakannya.
Senjata ini memiliki tangkai yang terbuat dari kayu lilin dan mata besi. Dengan panjang sekitar 3 meter, bujak sering diandalkan oleh suku Dayak dalam kegiatan berburu dan sebagai alat pertahanan diri.
Salah satu fitur yang membuat bujak sangat efektif adalah penggunaan getah pohon ipuh.
Getah ini sering diolesi pada ujung senjata untuk meningkatkan kekuatan dan ke mematikan saat digunakan dalam berburu atau pertempuran.
Hal ini membuat bujak menjadi senjata yang mematikan dan efektif dalam menangkap atau melukai target.
Selain itu, bujak juga dilengkapi dengan kait di ujungnya, yang memperkuat fungsinya dalam menangkap atau mengunci musuh.
BACA JUGA: 3 Senjata Tradisional Kepulauan Riau Paling Populer dan Unik, dari Beladau hingga Janawi
2. Mandau
Mandau – SwaraWarta.co.id (Sumber: Pinterest) |
Mandau merupakan Senjata Tradisional Kalimantan Utara yang berasal dari budaya Dayak, yang terkenal dengan berbagai jenis ukiran pada bilahnya yang memiliki makna khusus.
Awalnya, Mandau digunakan untuk perang dan pemenggalan kepala musuh oleh masyarakat Dayak.
Namun, saat ini penggunaannya telah berubah menjadi terbatas hanya pada ritual adat dan sebagai hiasan.
Mandau memiliki makna magis yang dalam kepercayaan masyarakat Dayak. Penggunaannya dalam ritual khusus menuntut adanya proses pembuatan senjata yang disertai dengan ritual tertentu.
Selain itu, Mandau juga dimanfaatkan dalam kegiatan berburu dan bertani.
3. Sumpit
Sumpit – SwaraWarta.co.id (Sumber: Pinterest) |
Sumpit merupakan senjata tradisional Kalimantan Utara yang digunakan dengan cara meniup untuk mengeluarkan mata sumpit.
Biasanya, senjata ini digunakan dalam kegiatan berburu dan dalam pertempuran perang.
Terbuat dari bilah bambu atau batang kayu berongga, sumpit dilengkapi dengan anak sumpit yang lebih kecil untuk menembak dengan jarak hingga 200 meter tanpa menghasilkan suara yang mencolok.
Kelebihan ini membuat sumpit menjadi senjata yang efektif dalam menyerang musuh tanpa memberikan peringatan.
Selain digunakan dalam konteks berburu dan pertempuran, sumpit juga memiliki peran penting dalam adat Dayak, seperti dalam mas kawin dan dalam berbagai perlombaan tradisional, seperti Festival Erau di Kalimantan Timur.
BACA JUGA: 6 Senjata Tradisional Kalimantan Tengah yang Merupakan Bagian dari Kekayaan Budaya Suku Dayak
4. Perisai
Perisai merupakan senjata tradisional yang digunakan sebagai pelindung diri dalam peperangan, khususnya oleh masyarakat Kalimantan Utara.
Terbuat dari kayu pelantan yang kuat namun ringan, perisai dibentuk seperti prisma dan dilengkapi dengan pegangan agar nyaman digenggam.
Bagian depan perisai sering dihiasi dengan ukiran khas suku Dayak, menambahkan unsur estetika dan identitas budaya pada senjata ini.
5. Dohong
Dohong merupakan senjata tradisional Kalimantan Utara yang menyerupai keris, tetapi lebih besar.
Dohong memiliki mata yang tajam dan pegangan terbuat dari tanduk kerbau mati. Saat ini, Dohong hampir punah dan hanya dianggap sebagai benda pusaka.
Hanya kepala suku yang diizinkan memiliki dan menggunakan senjata ini, sehingga sulit ditemukan di kalangan masyarakat Dayak.
6. Lonjo
Lonjo, yang juga dikenal sebagai tombak, adalah senjata tradisional Kalimantan Utara yang umumnya digunakan dalam kegiatan berburu dan perang.
Ujung panjang dan tajam dari lonjo terbuat dari besi yang telah diasah dengan sempurna.
Pegangan tombak terdiri dari kayu dan bambu yang disatukan dengan anyaman rotan, sebuah teknik yang dikenal karena kekuatan dan ketahanannya.
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak, lonjo memiliki energi kuat yang dapat meningkatkan kekuatan pemiliknya. Gagang senjata ini sering dihias untuk menambah daya tarik estetika dan spiritual.
Lonjo tidak hanya merupakan alat praktis dalam berburu dan bertempur, tetapi juga memperlihatkan kedalaman budaya dan kepercayaan suku Dayak.
BACA JUGA: 7 Senjata Tradisional Gorontalo yang Harus Tetap Dijaga Keberadaannya Jangan Sampai Punah
7. Sungga
Sungga adalah senjata yang dipergunakan selama Perang Banjar oleh para pejuang yang dipimpin oleh Tumenggung Antaluddin.
Senjata ini memiliki peran penting dalam mempertahankan benteng pertahanan di Gunung Madang dari serangan pasukan Belanda.
Didesain khusus untuk memotong pasukan musuh, Sungga terbuat dari besi baja berwarna hitam yang dibentuk dengan siku yang panjang.
8. Langgei Puai
Langgei Puai merupakan pisau kecil yang sering disimpan dalam sarung Kupang. Pisau ini memiliki bentuk kecil dengan pegangan yang panjang, dan pegangan ini yang dikenal sebagai Langgei Puai.
Fungsi Langgei Puai bervariasi. Sebagai senjata pelengkap dari Mandau, Langgei Puai digunakan untuk berbagai keperluan.
Pisau kecil ini sering digunakan untuk membuat ukiran, memotong bambu kering untuk peluru sumpit, mencongkel peluru dari daging binatang buruan, atau mengeluarkan duri-duri dari telapak kaki.
Penting untuk dicatat bahwa Langgei Puai tidak boleh dimasukkan sembarangan ke dalam sarung Mandau. Ada aturan khusus yang mengaturnya.
Langgei Puai hanya boleh dimasukkan ke dalam sarung Mandau yang telah digunakan dalam pertempuran atau untuk mengatasi situasi yang melibatkan darah musuh.
Ada hal menarik pada sarung Mandau, di mana pada bagian tersebut ada terdapat tiga lilitan rotan yang fungsinya sebagai pengikat untuk Langgei Puai, bersama dengan kumpang dan bolahnya.
Senjata Tradisional Kalimantan Utara di atas tentunya harus terus dijaga agar terus lestari menginggat sejarah panjangnya yang sangat berharga bagi khazanah seni budaya Indonesia.***