Kisah Nabi Khidir – SwaraWarta.co.id (Sumber: Bondowoso Network) |
SwaraWarta.co.id – Disebutkan dalam Kisah Nabi Khidir, Musa bertemu dengan seorang pria yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi darinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam Kisah Nabi Khidir tersebut, Musa ingin belajar darinya, akan tetapi pria itu memperingatkannya bahwa Musa mungkin tidak bisa sabar dengan cara yang akan ia ajarkan. Akan tetapi, Musa bersikeras bahwa dia akan bersabar.
Pada satu bagian Kisah Nabi Khidir, ketika mereka berlayar dengan menggunakan perahu, pria itu melubangi Perahu tersebut, sehingga menyebabkan Musa bertanya-tanya tentang tindakannya.
Pria itu hanya mengingatkan Musa akan ketidakmampuannya untuk bersabar, tetapi Musa kemudian meminta maaf atas kelupaan dan bersedia untuk melanjutkan perjalanan tersebut.
Ketika mereka bertemu dengan seorang anak muda untuk kemudian pria itu membunuh sang pemuda, Musa sangat terkejut dan mengutuk tindakan itu.
Akan tetapi, pria itu mengingatkan kepada Musa akan ketidakmampuannya untuk bersabar, dan Musa pun kembali menyadari kesalahannya dalam mempertanyakan tindakan pria itu.
Dan terakhir, ketika mereka sampai di sebuah kota dan tidak diterima dengan baik oleh penduduknya tanpa alasan yang pasti, pria itu memperbaiki tembok yang hampir roboh tanpa meminta imbalan.
Musa kemudian menunjukkan keraguan tentang tidak meminta bayaran, akan tetapi pria itu mengumumkan bahwa inilah akhir dari perjalanan bersama mereka.
Itulah sepintas tentang Kisah Nabi Khidir saat bersama dengan Nabi Musa AS, untuk lebih jelasnya siapa Nabi Khidir itu, berikut ulasannya.
BACA JUGA: Kisah Nabi Harun dan Keterhubungannya dengan Kisah Nabi Musa AS
1. Riwayat Nabi Khidir
Kisah Nabi Khidir – SwaraWarta.co.id (Sumber: Bondowoso Network) |
Al Khidr, atau dikenal juga sebagai “Yang Hijau”, adalah sebuah figur yang dihormati dalam tradisi Islam.
Meskipun namanya tidak disebutkan secara langsung di dalam ayat Quran, tetapi dia dikenal melalui cerita-cerita di luar teks-teks utama.
Al-Khidr kerap dianggap sebagai sosok bijaksana yang mampu menyampaikan pengetahuan dan perlindungannya kepada mereka yang dianggapnya layak.
Dalam beberapa cerita yang diangkat, Al-Khidr digambarkan suka membantu para pelaut dalam situasi-situasi sulit di laut, dengan memberikan bimbingan dan perlindungan.
Beliau juga dianggap memiliki pengetahuan yang luas serta kebijaksanaannya yang sangat mendalam, sehingga banyak yang meminta bantuannya dalam mencari petunjuk atau pemecahan sebuah masalah yang mereka anggap rumit.
Terkait pandangan Muslim terhadap Al-Khidr, ada perbedaan pendapat di antara berbagai kelompok yang ada.
Beberapa kerap menganggapnya sebagai sosok yang memiliki kedudukan tinggi, seperti seorang nabi atau wali Allah yang dihormati.
Mereka sangat percaya bahwa Al-Khidr merupakan sumber inspirasi dan bimbingan spiritual bagi umat manusia.
Akan tetapi, ada pula yang melihatnya sebagai tokoh legendaris atau figur sejarah yang tidak terlalu ditonjolkan dalam agama Islam.
Bagi mereka, cerita-cerita tentang Al-Khidr mungkin dianggap lebih sebagai mitos atau kisah yang menghibur, tanpa memiliki implikasi keagamaan yang mendalam.
Meskipun demikian, Al-Khidr tetap menjadi salah satu figur yang memikat dalam warisan budaya Islam, seorang tokoh yang mewakili kebijaksanaan, pengetahuan, dan perlindungan bagi mereka yang mencari petunjuk serta bantuan.
Keberadaannya juga mengilhami imajinasi dan refleksi spiritual dalam komunitas Muslim di seluruh dunia.
BACA JUGA: Kisah Nabi Syuaib dan Orang-Orang Madyan
2. Kisah Nabi Khidir
Cerita tentang al-Khidr berasal dari Quran, tepatnya disebutkan dalam ayat 18:60-82 di mana Moses atau Musa, bertemu dengan seorang pria bijaksana yang tidak disebutkan namanya yang tinggal di persimpangan dua lautan.
Pria tersebut telah melakukan perjalanan bersama Musa dan asistennya, yang kerap memberikan kebijaksanaan yang pada awalnya tidak masuk akal.
Pada akhirnya, pria itu kehilangan kesabaran dari diri dengan Musa sehungga mereka berpisah pada akhirnya.
Seiring waktu bergulir, cerita ini kemudian berkembang menjadi teks-teks lain, dan pria itu kemudian diberi nama ”al-Khidr”.
Beberapa sarjana telah mencoba menempatkan cerita tentang al-Khidr dalam konteks sejarah berdasarkan riset yang mereka lakukan.
Jika dia adalah orang nyata, mungkin dia hidup pada masa Ibrahim, yang akan menjadikannya sebagai kontemporer potensial dari Musa.
Beberapa sarjana lain kerap menghubungkan al-Khidr dengan Aleksander Agung, yang menyarankan bahwa cerita tentangnya berasal dari abad keempat SM bukan milenium kedua SM.
Dua versi cerita ini memunculkan berbagai interpretasi dan spekulasi. Beberapa menganggapnya sebagai figur historis yang sebenarnya, sementara yang lain melihatnya lebih sebagai tokoh mitos atau simbolis.
Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa peran utama al-Khidr dalam cerita ini adalah sebagai pembawa kebijaksanaan dan pelajaran moral, yang diwariskan kepada Musa dan para pembaca Quran.
Melalui cerita tentang al-Khidr, Quran mengajarkan pentingnya ilmu pengetahuan, kesabaran diri, dan juga kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan dan tantangan yang dihadapi manusia.
BACA JUGA: Kisah Nabi Ilyasa: Sejarah, Mukjizat, serta Perjuangannya dalam Menegakkan Tauhid Kepada Allah SWT
Kehadirannya dalam warisan budaya Islam menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai ini dalam tradisi agama serta kehidupan spiritual umat Muslim.
3. Sudut Pandang Terhadap Keberadaan Nabi Khidir
Sudut pandang keberadaan al-Khidr bervariasi di berbagai cabang Islam.
Dalam Islam Syiah, al-Khidr dipandang sebagai seorang bijak yang memikiki kecenderungan potensial tidak bisa mati.
Beberapa cerita yang tidak termasuk dalam Quran menggambarkan al-Khidr memberikan instruksi dan membantu para Nabi membangun masjid-masjid.
Dalam Islam Sunni, Allah memberitahu Musa bahwa dia akan bertemu dengan seorang pria sangat bijaksana, dan seekor ikan akan menjadi simbol pertemuan tersebut.
Di Quran, tepat sebelum mereka bertemu al-Khidr, Musa dan temannya kehilangan seekor ikan yang mereka bawa, yang kemudian kembali ke laut.
Ahmadiyya Muslim percaya bahwa al-Khidr sebenarnya adalah manifestasi dari Nabi Muhammad.
Muslim berbagai macam menganggap al-Khidr sebagai seorang Nabi, seorang utusan dari Allah, seorang santo, atau seorang bijak.
Karena al-Khidr dikatakan tinggal di persimpangan dua lautan, beberapa cerita menyarankan bahwa dia dapat memberikan bantuan kepada para pelaut.
Sebagai penjaga laut, dia mungkin dapat membimbing kapal-kapal atau mencegah para pelaut dari tenggelam.
BACA JUGA: Kisah Nabi Ishaq, dan Keterhubungannya dengan Nabi Ibrahim, Esau, dan Nabi Yaqub
Ada sebagian yang menyebutkan bahwa dalam beberapa cerita yang beredar dan dipercayai sebagai hal yang benar-benar real mengatakan bahwa Nabi Khidir bisa berjalan di atas air. Wallahu ‘alam.
Dalam Sufisme, al-Khidr memiliki kepentingan khusus sebagai seorang pemimpin spiritual yang tidak mati. Beberapa percaya bahwa perannya mirip dengan Elia dalam Yudaisme.
Di akhir Kisah Nabi Khidir menjelaskan alasan di balik tindakan dalam cerita di atas, hal ini menegaskan bahwa terkadang kita harus mempercayai kebijaksanaan yang lebih tinggi, bahkan jika itu tidak langsung dapat dimengerti.***