Mbah Benu salah satu warga Gunungkidul yang sempat menggegerkan warganet (Dok. Ist) |
SwaraWarta.co.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi peringatan kepada jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul, Yogyakarta.
Mereka menetapkan 1 Syawal 1445 H pada hari Jumat (5/4) setelah menelepon Allah SWT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua MUI, Asrorun Ni’am, mengatakan bahwa pernyataan pimpinan jemaah Aolia, Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu, merupakan suatu kesalahan sehingga perlu diingatkan.
“Kasus di sebuah komunitas di Gunungkidul itu jelas kesalahan, perlu diingatkan. Bisa jadi dia melakukannya karena ketidaktahuan, maka tugas kita memberi tahu, kalau dia lalai, diingatkan,” kata Ni’am kepada wartawan, Sabtu (6/4).
Ni’am melihat bahwa praktik agama seperti itu bisa dikatakan sebagai penyimpangan jika dilakukan dalam kondisi kesadaran penuh.
Menurutnya, jika mengikuti praktik yang seperti itu, hukumnya adalah haram.
“Kalau praktik keagamaan itu dilakukan dengan kesadaran dan menjadi keyakinan keagamaannya, maka itu termasuk pemahaman dan praktik keagamaan yang menyimpang, mengikutinya haram,” ujarnya
Lebih lanjut, Ni’am mengatakan bahwa puasa Ramadan merupakan suatu ibadah mahdlah dan penentuan awal dan akhir ibadah telah ditetapkan oleh syariah.
Pelaksanaan ibadah tersebut harus berlandaskan ilmu agama dan keahlian. Bagi yang tidak memiliki ilmu dan keahlian, wajib mengikuti orang yang punya ilmu dan keahlian.
“Tidak boleh hanya didasarkan pada kejahilan. Bagi yang tidak memiliki ilmu dan keahlian, wajib mengikuti yang punya ilmu dan keahlian. Tidak boleh menjalankan ibadah dengan mengikuti orang yang tak punya ilmu di bidangnya,” katanya
Jangan menjalankan ibadah dengan mengikuti orang yang tidak memiliki ilmu di bidangnya.
Sebelumnya putra kelima pimpinan jemaah Masjid Aolia, Daud Mastein, mengatakan bahwa pernyataan sang ayah hanya kiasan semata.
Menurutnya, Mbah Benu mengaji dan melakukan amalan lainnya untuk menentukan awal dan akhir Ramadan serta kedatangan bulan Syawal.
Mbah Benu sendiri mengatakan bahwa pernyataannya tentang menelepon Allah SWT dalam menentukan hari Lebaran hanya istilah.
“Terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Allah SWT itu sebenarnya hanya istilah, dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT,” kata Mbah Benu dalam video.
Ia melakukan perjalanan spiritual untuk kontak batin dengan Allah SWT. Mbah Benu meminta maaf jika pernyataannya menyinggung atau tidak berkenan.