Makam Dewi Serdadu (Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Kabupaten Sidoarjo adalah wilayah yang memiliki sejarah panjang dan kaya. Dalam sejarah kerajaan di Jawa Timur, Sidoarjo menjadi tempat tujuan yang penting.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagian dari daerah ini mencakup teluk yang menghadap ke Samudra Hindia dan Delta Sungai Brantas.
Keberadaan teluk menjadikan Sidoarjo sebagai tempat yang mudah diakses oleh kapal-kapal perdagangan.
Oleh karena itu, wilayah Sidoarjo memainkan peran penting dalam perdagangan di Jawa Timur sejak masa yang lalu.
Di Sidoarjo terdapat banyak peninggalan sejarah yang menarik. Banyak sekali candi, prasasti dan makam para tokoh sejarah yang dapat ditemukan di tempat ini.
Salah satunya adalah makam putri Raja Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu. Kabarnya, ia dimakamkan di Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Buduran, Sidoarjo yang masih menjadi tujuan ziarah hingga saat ini.
Ada beberapa versi cerita seputar Dewi Sekardadu yang tersebar di masyarakat Sidoarjo. Menurut cerita yang paling terkenal, Dewi Sekardadu mencari anaknya yang dia duga diculik oleh Patih Kerajaan Blambangan bernama Patih Bajul Sengara.
Anak tersebut adalah hasil pernikahannya dengan Syech Maulana Ishaq. Kabarnya, Patih Bajul Sengara memasukkan putra Dewi Sekardadu dalam peti kayu yang dipaku dan dihanyutkan ke laut.
Dewi Sekardadu kemudian menumpang kapal nelayan di wilayah Blambangan untuk mencari keberadaan anaknya.
Kabarnya, dia berhasil menemukan putranya, yang ditemukan di salah satu kapal nahkoda bernama Nyi Ageng Pinatih, seorang janda kaya raya asal Gresik.
Putranya kemudian diberi nama Joko Samudro, atau lebih dikenal dengan nama Sunan Giri.
Namun, saat hendak pulang ke kampung halamannya, kapal yang ditumpangi Dewi Sekardadu kandas dan dia meninggal di laut.
Kemudian, jasadnya diangkat oleh gerombolan ikan keting yang akhirnya membawanya ke pinggir pantai. Jasad Dewi Sekardadu ditemukan dan dimakamkan oleh para nelayan sekitar, dan daerah makamnya kemudian dinamakan Dusun Kepetingan.
Hingga kini, Dewi Sekardadu masih dihormati oleh masyarakat Sidoarjo, terutama warga Dusun Kepetingan.
Mereka masih melakukan ziarah ke makamnya sebagai bentuk penghormatan. Cerita sejarah ini menarik untuk dipelajari, terutama terkait bagaimana keberadaan Sidoarjo menjadi tempat yang penting dalam perdagangan dan sejarah Jawa Timur.
Apakah ada kegiatan khusus di Dusun Kepetingan?
Makam Dewi Serdadu (Dok. Istimewa) |
Masyarakat Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Buduran, Sidoarjo melakukan sebuah kegiatan khusus pada waktu tertentu sebagai bentuk penghormatan terhadap sosok Dewi Sekardadu.
Kegiatan ini biasa dilaksanakan sebelum upacara sedekah bumi yang dikenal dengan nama “Nyadran“.
Pada hari Nyadran, masyarakat Dusun Kepetingan melakukan persembahan dan doa di makam Dewi Sekardadu sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas kehidupan yang telah diberikan kepada mereka.
Selain itu, pada acara Nyadran tersebut juga dilaksanakan beberapa kegiatan seperti pentas seni, kesenian, dan diakhiri dengan pembagian makanan kepada masyarakat sekitar.
Kegiatan Nyadran di Sidoarjo sendiri sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Dalam acara ini, masyarakat setempat memahami bahwa dewasa ini, peran Dewi Sekardadu bukan hanya berupa meneliti sejarah, melainkan membedah ajaran-ajaran batin, kehidupan agama, kebersamaan dan gotong-royong.