Museum Taman Prasasti – SwaraWarta.co.id (Sumber: Museum) |
SwaraWarta.co.id – Lokasi Museum Taman Prasasti, berada di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat, tempat ini merupakan satu-satunya destinasi wisata yang berbentuk permakaman di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meskipun keberadaannya kalah populer dengan Pemakaman di luar negeri semisal Pemakaman Pere Lachaise di Prancis, museum prasati ini memiliki sejarah yang kaya, unik, serta sangat menarik.
Dalam perjalanannya, semejak tahun 1990-an hingga awal 2000-an, museum ini menjadi perhatian publik sebagai tempat untuk semadi dan dijadikan lokasi uji nyali, terutama karena memiliki aura Mistis yang cukup kental.
Aura misteri ini tersimpan sudah sangat lama yang dimulai sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda.
Dari sekian banyaknya daya tarik di museum pemakaman ini salah satu elemen yang paling menarik perhatian pengunjung adalah makam Kapten Jas.
Secara benang merah sejarah keberadaan Kapten Jas sebenarnya belum terkonfirmasi secara jelas apakah benar-benar ada atau hanya sekadar cerita mitos semata, tetapi cerita soal Kapten Jas telah menyebar secara luas.
Beredasarkan cerita dari mulut ke mulut, dan beredar secara luas di masyarakat, Kapten Jas dikenali sebagai seorang pendeta, memiliki sifat dermawan, serta merupakan seorang pengusaha yang menyumbangkan sebagian tanahnya sebagai lahan permakaman.
Makamnya, yang terletak di bagian depan halaman museum, menjadi pusat perhatian, terutama karena tetap tidak dibongkar bahkan saat pembangunan Museum Taman Prasasti.
Museum Taman Prasasti – SwaraWarta.co.id (Sumber: Museum) |
Karena kisah tentang Kapten Jas inilah yang akhirnya memunculkan daya tarik masyarakat umum untuk datang berkunjung ke Museum Taman Prasasti ini, baik pengunjung yang berasal dari Kota Jakarta sendiri maupun yang berasal dari luar kota.
Ada fenomena menarik yang telah berlangsung selama beberapa dekade lamanya, yakni kepercayaan masyarakat yang datang dengan sengaja memohon berbagai hal di makam Kapten Jas, mulai dari minta keturunan hingga keberuntungan dalam bisnis atau perjudian.
Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan syariat agama.
Bahkan yang lebih menarik bahwasanya, makam ini dijadikan tempat untuk meditasi bagi sebagian orang, dengan ritual menyalakan sebatang lilin dan meletakkan sejumlaj sesajen, terutama dilakukan pada malam Jumat.
Sebagai informasi, jauh sebelum lokasi ini menjadi Museum Taman Prasasti, area ini dulunya dikenal sebagai Pemakaman Kebon Jahe Kober.
Pada tahun 1977, pada saat itu Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan Museum Taman Prasasti ini.
Pada kesempatan tersebut dia memerintahkan untuk mengangkut mayat dari kuburan tersebut ke tempat lain atau dikembalikan kepada keluarga sebagai ahli warisnya.
Namun, kala itu makam Kapten Jas tetap tidak bisa dilakukan pembongkaran karena makamnya tertutup oleh pohon besar yang menaunginya.
Pada nisannya terdapat tulisan tanggal kematian Kapten Jas yakni pada tanggal 5 Mei 1768 yang masih terjaga dengan sangat baik di makamnya.
Meskipun misteri seputar keberadaan Kapten Jas belum bisa dipecahkan, makamnya tetap menjadi ikon dan menjadi kisah yang kerap jadi bahan pembicaraan hangat yang kerap diceritakan kembali oleh para pemandu wisata kepada para pengunjung yang sedang berkunjung ke museum.
Museum Taman Prasasti – SwaraWarta.co.id (Sumber: Museum) |
Di lokasi ini juga, selain terdapat makam Kapten Jas, Museum Taman Prasasti terdapat juga sejumlah makam lainnya juga terdapat beberapa monumen bersejarah lainnya.
Sebagian besar dari mereka adalah tokoh-tokoh penting yang memiliki peran signifikan dalam sejarah Jakarta dan Indonesia.
Para Pengunjung bisa menjelajahi setiap sudut dari museum ini seraya ikut belajar memahami sejarah masa lalu termasuk budaya Indonesia di dalamnya.
Secara umum, Museum Taman Prasasti tidak sekadar tempat bersejarah, tetapi lebih dari juga merupakan bagian dari warisan budaya yang sangat penting bagi Indonesia.
Museum Taman Prasasti tidak sepopuler destinasi wisata lainnya, tetapi museum ini tetap saja menarik minat banyak orang karena sejarahnya yang kaya serta aura misteri yang menyertainya.
Bukan hanya makam Kapten Jas saja, Museum Taman Prasasti juga menyimpan banyak nisan dari sejumlah tokoh terkenal pada zaman VOC sedang berkuasa, seperti Dr. Hermanus Frederik Roll, yang merupakan pendiri Stovia.
Stovia sendiri merupakan sebuah sekolah yang pada perkembangannya menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu juga ada pula nisan dari Ketua Perdagangan VOC AJW van Delden, dan tidak ketinggalan juga ada nisan istri Thomas Stamford Raffles, Olivia Maraimne Devenish, yang memimpin pembangunan Kebun Raya Bogor di masa lalu.
Makam Olivia Raffles posisinya terletak dekat dengan Kapten Jas, hal ini tentunya menjadi nilai plus tersendiri karena jadi pintu gerbang pembuka bagi pengunjung saat mereka berkunjung ke Museum Taman Prasasti ini.
Hal unik yang tidak biasa dilakukan para pengunjung, karena pada kebanyakan museum biasanya dikunjungi pada waktu siang hari, tetapi untui Museum Taman Prasasti sendiri, pengunjung datang pada malam hari.
Museum Taman Prasasti – SwaraWarta.co.id (Sumber: Museum) |
Sebagai informasi tambahan Museum Taman Prasasti pernah menjadi bagian dari rute Jakarta Mystical Tour yang pernah diadakan oleh sebuah komunitas di Jakarta, dengan tur malamnya.
Tetapi setelahnya kegiatan ini pada akhirnya dihentikan karena mendatangkan kekhawatiran bagi para pengelola museum terhadap adanya pengalaman mistis yang mungkin dialami oleh para pengunjung.
Bukan hanya itu, di Museum Taman Prasasti ini, salah satu stasiun televisi swasta-nasional Indonesia pernah mengadakan acara uji nyali.
Aktivitas dilakukan dengan menempatkan salah satu peserta uji nyali di ruangan yang berisi peti kayu jenazah, hal ini tentunya menciptakan suasana horor yang mencekam dan berhasil menghantui para penonton di layar kaca.
Kesan angker dan mistis di area permakaman tidak dapat disangkal lagi, hal ini muncul mungkin karena tidak hanya adanya patung-patung kuno berbentuk malaikat di sekitar makam, tetapi juga karena keberadaan dua peti jenazah di dalam gazebo.
Kedua peti tersebut dulunya merupakan peto mati yang dipakai untuk menyemayamkan jenazah Pak Soekarno, serta Mohammad Hatta.
Meskipun memiliki kesan seram, koleksi ini tentunya menjadi magnet tersendiri bisa menarik pengunjung untuk datang di Museum Taman Prasasti
Museum Taman Prasasti telah lama dianggap memiliki atmosfer yang sangat angker, tidak hanya sebagai tempat edukasi atau hiburan semata, tetapi juga karena adanya mitos mistis yang membersainya.
Museum Taman Prasasti berada di pusat Jakarta, tetapi dari data kunjungan, museum ini belum mampu menghasilkan jumlah pengunjung yang signifikan, bahkam bisa dibilang minim.
Sebagai catatan untuk saat ini, rata-rata kunjungan yang masuk ke Museum Taman Prasasti belum bisa mencapai 200 orang per hari.
Upaya yang dilakukan untuk mengatrol jumlah kunjungan, pihak pengelola mulai mengenalkan sentuhan teknologi canggih, seperti pameran virtual, yang menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat pengunjung dari dunia maya ke tempat aslinya.
Hal ini tentunya mencoba disesuai dengan peran baru Museum Taman Prasasti, yang lebih difungsikan sebagai wadah untuk menapaktilasi masa lalu melalui koleksi nisan-nisan bersejarah, yang diproyeksikan bukan sekadar sebagai tempat pemakaman semata.
Dengan dibukanya area terbuka dan hijau, diharapkan potensi kunjungan dapat meningkat, karena pengunjung bisa bersantai di bawah pohon rindang seraya menikmati suasana alam dan meresapi keindahan lingkungan sekitar yang hijau.
Dalam rangka menarik minat pengunjung, Museum Taman Prasasti juga kerap mengadakan berbagai acara di halaman museum, seperti sesi yoga bersama dan lomba karate untuk anak.
Meskipun tidak secara langsung berkaitan dengan aspek sejarah, acara-acara ini telah membuka pintu bagi minat publik untuk mengunjungi Museum Taman Prasasti ini.***