Makam Brawijaya 5 ( Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Makam Brawijaya 5 sampai saat ini masih ramai dengan kunjungan peziarah.
Makam Brawijaya 5 yang terletak di Ngawen, Gunungkidul menjadi saksi bisu dari legenda keluarga raja terakhir Kerajaan Majapahit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Makam Brawijaya 5 diyakini sebagai tempat peristirahatan istri dan anak dari Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri setelah kerajaan runtuh.
Warga setempat percaya bahwa kisah ini telah ada selama lebih dari lima abad, yakni sejak tahun 1478.
Konon, istri Prabu Brawijaya V bernama Dewi Roro Resmi, sementara anaknya bernama Joko Lambiro, dan hal ini disampaikan secara turun-temurun dari generasi sebelumnya.
Menilik Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang yang dialihbahasakan oleh Moelyono Sastronaryatmo, Prabu Brawijaya V yang bernama kecil Raden Alit menjadi raja terakhir Kerajaan Majapahit sebelum runtuh.
Ia adalah keturunan ketujuh dari raja-raja terdahulu yang pernah berkuasa di Majapahit.
Prabu Brawijaya V juga dikenal sebagai Bhre Kertabumi seperti yang disebutkan dalam Serat Pararaton.
Namun, ada pandangan lain yang menyatakan bahwa Brawijaya V kemungkinan lebih identik dengan Dyah Ranawijaya, yakni tokoh yang mengklaim dirinya sebagai penguasa Majapahit, Janggala, dan Kadiri setelah menaklukkan Bhre Kertabumi pada tahun 1486.
Selama berdirinya Kerajaan Majapahit selama 100 tahun, Brawijaya V berkuasa selama sekitar 10 tahun pada 1468-1478 Masehi sebelum keruntuhan kerajaan.
Ia mengambil alih tahta setelah ayahnya, Prabu Bratanjung wafat.
Ia memerintah dalam waktu yang cukup lama hingga konflik internal kerajaan membuatnya turun takhta.
Setalah itu, peran kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yang lain, yakni Raden Patah dari Kerajaan Demak.
Masih terdapat perdebatan mengenai titelnya sebagai raja terakhir Majapahit. Persoalannya, nama Brawijaya tidak pernah ditemukan pada temuan prasasti yang memuat nama-nama raja Majapahit.
Justru disebutkan raja terakhir Majapahit adalah Girindrawarddhana yang berkuasa pada 1474-1519.
Dalam kata lain, Brawijaya hanya dikenal sebagai seorang raja Majapahit melalui catatan-catatan dalam babad dan serat.
Brawijaya V memiliki 117 anak dari berbagai istri dan selir yang berasal dari kerajaan atau penguasa yang mengakui kekuasaan Majapahit.
Sang raja tidak mampu menolak persembahan atau upeti dari wilayah taklukan tersebut dan jumlah anak yang sangat banyak justru menguntungkan guna mempertahankan kekuasaan di wilayah yang luas.
Beberapa putra diberikan jabatan penguasa di berbagai wilayah, sementara putri-putrinya dinikahkan dengan penguasa lain untuk memperkuat hubungan.
Beberapa anak Prabu Brawijaya V yang menjadi pemimpin besar, antara lain Raden Patah dan Bondan Kajawan.
Raden Patah adalah pendiri Kesultanan Demak atau kerajaan Islam pertama di Jawa. Sementara Bondan Kajawan yang merupakan anak Wandan Kuning disebutkan sebagai leluhur alias nenek moyang dari raja-raja Mataram Islam.
Menurut buku Sejarah Kelam Majapahit oleh Peri Mardiyono, Brawijaya V berali agama dari Buddha ke Islam.
Hal ini terjadi setelah bertemu dengan Sunan Kalijaga dan terpesona akan kecantikan Dewi Sari. Namun, beberapa pengikutnya menolak untuk memeluk Islam dan memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Bali.
Brawijaya V kembali ke Majapahit bersama Sunan Kalijaga dan dia meninggal karena sakit. Ia dikebumikan dengan upacara Islam di Trowulan dan makamnya dinamai Makam Sastrawulan.
Saefudin, ahli arkeologi dan budaya dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jatim mengungkapkan bahwa kompleks makam tersebut masih dapat dikunjungi atau diziarahi dan terletak di sisi timur laut kolam Segaran, yaitu kompleks Makam Panjang yang berada di Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.