ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua KPU ( Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Ketua KPU, Hasyim Asy’ari, menolak pernyataan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, yang mengklaim adanya algoritma yang membuat suara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md hanya berada pada angka 17%.
“Saya ingin menyampaikan secara umum bahwa KPU tidak pernah mematok suara si A si B dan seterusnya, partai ini, partai itu sekian. Sejak awal itu nggak ada karena pemungutan suara ini kan bersifat langsung, langsung artinya yang menentukan perolehan suara adalah suaranya pemilih yang menggunakan hak pilih pada hari H pemungutan suara, untuk di dalam negeri itu tanggal 14 Februari 2024,” kata Hasyim kepada wartawan di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, (8/3/2024).
Hasyim menyatakan bahwa pemungutan suara dalam pemilu bersifat langsung dan tidak ada pengaruh dari algoritma.
Hasyim juga menyatakan bahwa KPU tidak dapat mengontrol jumlah pemilih pada pemilu 2024.
Selain itu, KPU tidak bisa memprediksi jumlah DPT, DPTb, atau DPK. Hasyim menjelaskan bahwa persentase suara yang dihitung oleh KPU merupakan hasil dari penghitungan suara secara berjenjang dari tingkat TPS.
“Apalagi kemudian mengontrol perolehan suara, mengontrol dalam arti sudah mematok sudah menentukan sejak awal pasangan calon nomor 1 sekian, nomor 2 sekian, nomor 3 sekian. Jadi tidak apa KPU kemudian sudah, istilahnya tadi sudah mengunci di angka sekian persen, tidak pernah ada situasi itu,” ungkapnya.
Hasyim menegaskan bahwa pihaknya menolak adanya narasi yang mengunci suara salah satu peserta Pilpres 2024.
“Jadi kalau ada informasi, kabar atau pernyataan seperti itu, KPU membantah ya bahwa KPU tidak pernah mematok, tidak pernah mengunci, tidak pernah menargetkan partai tertentu, pasangan calon tertentu, sejak awal harus suaranya sekian, tidak ada. Jadi semuanya yang dihitung KPU berasal dari perolehan suara di TPS,” imbuhnya
Sementara itu, Hasto menyatakan bahwa Pemilu 2024 belum berakhir dan PDIP masih mengawal proses penghitungan suara di KPU.
Hasto juga menyinggung adanya algoritma yang disebut membatasi suara pasangan Ganjar di angka 17%.
“Misalnya dimasukkannya suatu algoritma untuk nge-lock perolehan Pak Ganjar itu hanya maksimum 17%. Kemudian juga suatu program untuk mengunci autentifikasi terhadap multifaktor yang seharusnya tidak sembarang orang meng-upload C1,” ujar Hasto di usia diskusi politik di UI, Depok, Kamis (7/3).
“Sehingga dengan kejadian-kejadian seperti itu, kami dalami dan ini memerlukan suatu audit forensik dan audit meta C1. Ini yang kami lakukan sebagai bagian dari temuan-temuan yang sangat penting. Bahkan menurut pakar IT tersebut pemilu seharusnya berlangsung 2 putaran,” katanya.