Potret Gus Samsudin saat dijemput paksa oleh polisi (Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Gus Samsudin menjadi tersangka penistaan agama setelah membuat konten pengajian yang mempertanyakan kebolehan tukar pasangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam konten tersebut, Samsudin membagikan pandangannya sendiri tentang agama dan mengemukakan pendapatnya yang kontroversial tentang tukar pasangan.
Konten tersebut kemudian menjadi viral di media sosial dan menjadi perhatian masyarakat serta berpotensi merusak citra kepercayaan agama.
“Betul, lokasi (pembuatan video) di rumah saya. Kebetulan anak saya anak buah dia (Samsudin). Dari pada cari tempat lain (untuk membuat konten), jadi di rumah saya tidak apa-apa,” kata Lahuri kepada awak media, Jumat (1/3).
Pemilik rumah yang digunakan untuk melakukan pengambilan konten tersebut, Lahuri, sudah mengakui bahwa rumahnya digunakan sebagai lokasi pengambilan video, tetapi dia tidak tahu apa isi konten tersebut.
Lahuri juga mengatakan bahwa rumahnya digunakan Samsudin karena anaknya merupakan anak buah dari Samsudin.
Ketika ditanya tentang isi konten, Lahuri mengaku bahwa dia hanya tahu bahwa mereka ingin membuat konten edukasi dan tidak mengerti cerita atau isi konten yang dipakai dalam video tersebut.
Proses pembuatan konten dilakukan selama tiga hari pada 23-25 Februari 2024, dan melibatkan lebih dari 10 orang, termasuk Samsudin.
Konten tersebut dibuat pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB.
Lahuri baru mengetahui konten tersebut menjadi viral dan kontroversial setelah polisi datang ke rumahnya untuk menanyakan hal tersebut.
Meskipun rumahnya digunakan untuk pengambilan video, Lahuri tidak menjelaskan tentang isi konten atau cerita yang dipakai dalam video tersebut.
“Tahunya ya mereka ingin membuat konten, ceritanya soal apa saya kurang tahu. Karena saya posisi di luar, saya tidak mengerti urusan di dalam (rumah),” katanya
Lahuri hanya diberi uang Rp 200 ribu untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk sejumlah orang yang terlibat, dan tidak menyewakan rumahnya untuk pengambilan konten tersebut.
“Cuma dikasih Rp 200.000, itu istilahnya buat bikin kopi. Jadi tidak disewa. Saya tidak pernah ngobrol sama Samsudin. Kalau ketemu cuma menyapa, karena dia tahu anak saya ikut dia saja,” pungkasnya
Kejadian ini menjadi perhatian masyarakat dan mengundang berbagai macam reaksi. Banyak orang yang mengkritik keras konten tersebut karena dianggap sangat tidak pantas dan bertentangan dengan nilai agama serta norma social yang berlaku di masyarakat.
Dalam hal ini, Lahuri sebagai pemilik rumah merasa menyesal dan menyayangkan atas kejadian tersebut.
Dirinya juga mengatakan bahwa tidak ada hubungan keluarga dengan Gus Samsudin dan hanya ketemu-ketemuan di luar rumah saja.
Meskipun demikian, Lahuri merasa harus bertanggung jawab atas penggunaan rumahnya untuk pengambilan konten yang kontroversial tersebut.
Konten yang dibuat oleh Gus Samsudin ini harus tetap menjadi pengingat bahwa tidak semua hal yang ada di media sosial dapat dipercayai.
Kita harus selalu berhati-hati dan memiliki pemikiran kritis, menilai suatu konten sebelum membagikan atau ikut serta dalam diskusi.
Perlu ditegaskan bahwa menjaga keharmonisan dalam masyarakat semakin penting, dan bukan hanya sebagai tanggung jawab pemerintah saja, tetapi semua orang punya peran untuk bertindak pada hal ini.