Hadits kebersihan sebagian dari iman ( Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Kebersihan sebagian dari iman hadist palsu yang digadang-gadang marak jadi perbincangan.
Banyak masyarakat yang meyakini kebersihan dari iman hadist palsu dan mulai beredar secara luas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun ada juga masyarakat yang beranggapan kebersihan sebagian dari iman hadist palsu tidak benar adanya.
Di masyarakat kita, sering terdengar ungkapan “kebersihan adalah sebagian dari iman” yang digunakan sebagai motivasi untuk menerapkan hidup bersih.
Namun, perlu dicatat bahwa ungkapan ini bukan merupakan hadits dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.
Ada sebuah hadits yang berbunyi:
النَّظافةُ تدعو إلى الإيمانِ
“Kebersihan membawa kepada keimanan” (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath no.7311) )
Al Mula Ali Al Qari rahimahullah mengatakan: “Sanadnya dha’if jiddan” (Al Asrar Al Marfu’ah, 167).
Al Hathab Al Maliki rahimahullah mengatakan: “Hadits riwayat ath Thabarani dengan sanad yang dha’if jiddan” (Mawahib Al Jalil, 1/180).
Al Albani rahimahullah mengatakan: “dha’if jiddan” (Ghayatul Maram, no.72).
Artinya, ungkapan tersebut tidak dapat diatributkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Namun, Islam memang mengajarkan untuk menjalani hidup bersih dan menjaga kebersihan termasuk dalam kategori amal shalih.
Hal ini dapat dijelaskan dengan banyak hadits yang shahih, seperti hadits yang berbunyi:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia merawat tamannya dengan baik.”
Atau hadits lainnya yang menyebutkan pentingnya menjaga kebersihan di setiap aspek kehidupan sehari-hari.
طهِّروا أفنيتَكم فإنَّ اليهودَ لا تُطهِّرُ أفنيتَها
“Bersihkanlah halaman rumah kalian karena orang-orang Yahudi tidak suka membersihkan halaman rumah mereka” (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath, 4/231, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no.236)
Sehingga, tidak perlu menggunakan hadits palsu atau lemah untuk memotivasi masyarakat agar hidup bersih dan sehat.
Masyarakat gotong royong membersihkan lingkungan ( Dok. Istimewa |
Cara Mengetahui Hadits Shahih
Untuk menentukan keaslian sebuah hadits atau shahih atau tidak, terdapat kaidah dalam ilmu jarh wa ta’dil (ilmu tentang pengulasan terhadap perawi hadits). Kaidah tersebut meliputi beberapa hal berikut:
- Sanad (rantai pelaporan) hadits harus bersambung dari perawi ke perawi sampai ke Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.
- Berdasarkan periwayatan, tidak ada cacat pada matan (isi) hadits seperti adanya kontradiksi, kesalahan logika, atau informasi yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang telah ditetapkan.
- Kehidupan, moral dan karakter perawi yang mengacu pada kualitas dirinya sebagai tokoh keislaman, seperti kewaraan, kejujuran, kebanggaan, dan lain-lain.
Dengan menggunakan kaidah-kaidah tersebut, para ulama dapat menentukan keaslian sebuah hadits dan apakah hadits tersebut dapat digunakan sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Namun, menilai keaslian sebuah hadits sebaiknya dilakukan oleh ahli hadits yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang ini.