Haji Madriyan (Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Pada tahun 1942-1947, rakyat di Indramayu melakukan gerakan perlawanan melawan penjajah Jepang, Belanda, dan Sekutu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam perlawanan tersebut terjadi upaya merampas padi rakyat oleh tentara Jepang di Desa Kaplongan dan Cidempet.
Haji Madriyan (H. Madriyas), Darini, Surat, Tasiah, dan H. Kartiwa memimpin aksi perlawanan di Cidempet, Kecamatan Lohbener, Indramayu pada tanggal 30 Juli 1944.
Gerakan perlawanan di Desa Kaplongan dipimpin oleh tokoh agama setempat dan rakyat dipicu ketika tentara Jepang menangkap Haji Aksan yang menolak rencana pengumpulan padi oleh Camat Karangampel.
Dibantu oleh polisi, Haji Aksan kemudian dibawa ke Balai Desa. Aksi ini terus berlanjut di Indramayu meskipun Indonesia telah merdeka, misalnya melawan Sekutu dan NICA pada tahun 1946-1947.
Kisah perlawanan rakyat Indramayu menjadi bagian penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan menginspirasi generasi selanjutnya untuk mempertahankan kebebasan dan merawat persatuan serta solidaritas.
Kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan ini dan bekerja sama dalam membangun negara yang adil dan sejahtera, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.
Semangat perjuangan rakyat Indramayu dalam menghadapi masa lalu ini bisa diadaptasi dalam menghadapi berbagai tantangan dan persamaan yang ada sekarang.
Apa Saja Strategi yang digunakan oleh Rakyat Indramayu dalam Melawan Penjajah?
Berikut adalah beberapa strategi yang digunakan oleh rakyat Indramayu dalam gerakan perlawanan mereka melawan penjajah:
1. Penolakan Terhadap Perampasan Hasil Pertanian
Perlawanan rakyat Indramayu dimulai ketika tentara Jepang merampas hasil panen padi rakyat.
Rakyat menolak tuntutan Jepang dan terus mempertahankan hasil panen mereka, meskipun dengan berisiko ditindak oleh tentara Jepang.
2. Menggalang Kekuatan Rakyat
Rakyat di Indramayu bersatu padu melawan penjajah. Kekuatan rakyat dikumpulkan melalui koordinasi antara tokoh agama, petani, dan pemuda, sehingga gerakan perlawanan dapat berlangsung secara massal.
3. Pemakaian Senjata Tradisional
Rakyat sering kali menggunakan senjata tradisional, seperti pedang dan tombak dalam aksi perlawanan mereka.
Hal ini membuat penjajah merasa kurang siap dan tidak nyaman karena tidak terbiasa melawan senjata yang berbeda.
Potret Haji Madriyan (Dok. Istimewa) |
4. Pemberontakan dan Penyergapan
Rakyat di Indramayu sering kali melakukan pemberontakan dan penyergapan terhadap pasukan penjajah.
Mereka sering mengincar pasukan penjajah yang tertinggal atau yang kekurangan pasokan bahan bakar dan logistik, sehingga dapat memperbesar peluang kemenangan dalam gerakan perlawanan.
5. Sistem Peringatan dan Perlindungan Antara Warga
Rakyat di Indramayu sering menggunakan sistem peringatan dan perlindungan untuk saling membantu dalam gerakan perlawanan.
Sistem ini mampu memperkukuh persatuan dan bahu-membahu antara warga guna menjaga keselamatan masing-masing.
6. Menghindari Pasukan Utama
Rakyat di Indramayu berusaha menghindari pasukan utama penjajah, dan menghancurkan pasukan kecil terlebih dahulu agar dapat memperbesar peluang kemenangan dalam perlawanan mereka.
Itulah beberapa strategi yang dipakai oleh rakyat Indramayu dalam menjalankan perlawanan melawan penjajah.
Semua strategi tersebut diarahkan pada upaya memperbesar peluang kemenangan dalam gerakan perlawanan, sehingga semangat juang rakyat Indramayu menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa Indonesia.