Ilustrasi kisah nabi Yusuf AS (Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Bagaimana sikap nabi Yusuf ketika saudara-saudara dan ayahnya datang ke istana?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertanyaan tentang bagaimana sikap nabi Yusuf ketika saudara-saudara dan ayahnya datang ke istana sering menjadi bahan perbincangan.
Tidak sedikit umat muslim menjadikan sikap nabi Yusuf sebagai tauladan. Lantas bagaimana sikap nabi Yusuf ketika saudara-saudara dan ayahnya datang ke istana?
Kisah nabi Yusuf atau Yusuf bin Yakub sudah sangat terkenal di kalangan umat Muslim dan juga bangsa-bangsa lainnya.
Nabi Yusuf dikenal sebagai sosok yang tabah dan tidak mudah menyerah menghadapi segala ujian dan cobaan yang datang dalam hidupnya.
Salah satu momen penting dalam hidup Nabi Yusuf adalah ketika saudara-saudaranya dan ayahnya datang ke istana. Bagaimana sikap Nabi Yusuf dalam menghadapi mereka?
Ilustrasi kisah nabi Yusuf (Dok. Istimewa) |
Dalam Al-Quran, kisah ini terdapat pada Surat Yusuf ayat 57-58. Pada saat itu, Nabi Yusuf telah menjadi seorang perdana menteri yang sangat dihormati di Mesir.
Ayah dan saudara-saudaranya ampa telah lama tidak bertemu, dan akhirnya mereka datang ke istana untuk memintanya kembali ke kampung halamannya.
Dalam situasi ini, Nabi Yusuf menunjukkan sikap yang sangat dewasa dan bijaksana. Ia menyambut kedatangan keluarganya dengan ramah dan tulus ikhlas.
Meski pada saat itu ia masih menyimpan perasaan sakit hati terhadap keluarganya, yang telah membuangnya ke sumur saat ia masih kecil.
Nabi Yusuf menunjukkan rasa hormat kepada ayahnya, Yakub, dengan berbicara dengan bahasa yang sopan dan lembut.
Ia juga memberikan kesan yang baik kepada ayahnya dengan menunjukkan kekayaan dan kemegahan istana tempat tinggalnya.
Namun, sikap terbaik Nabi Yusuf adalah ketika ia bertemu dengan saudara-saudaranya. Meski mereka adalah orang yang telah membuangnya ke sumur ketika kecil, Nabi Yusuf tidak memandang mereka dengan rasa benci dan dendam.
Ia menyambut mereka dengan ramah dan penuh kasih sayang, meski pada saat itu saudara-saudaranya tidak mengenali dirinya.
Nabi Yusuf menunjukkan sikap yang sangat bijaksana dalam menghadapi saudara-saudaranya.
Ia tidak langsung memperlihatkan kebenciannya pada mereka, sebaliknya, ia memberikan penghormatan dan menghargai kehadiran mereka di istana tersebut.
Dalam Al-Quran, disebutkan bahwa Nabi Yusuf mengakui bahwa ibunya telah mengajarkan kepadanya cara bersabar dan menghindari hal-hal yang negatif.
Nabi Yusuf juga menunjukkan sikap yang sangat bijaksana dalam menghadapi keluarganya.
ia menyadari bahwa mereka adalah keluarganya, meski pada saat itu mereka telah membuangnya ke sumur.
Ia telah mengampuni mereka dan memberikan pengampunan atas kesalahan yang mereka lakukan.
Sikap Nabi Yusuf ini patut diteladani oleh semua orang. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, seperti sikap buruk, kebencian, dan pertengkaran dengan orang-orang yang kita sayangi.
Namun, sebagai manusia yang baik, kita harus mampu menunjukkan sikap yang bijaksana dan dewasa.
Sikap bijaksana yang ditunjukkan oleh Nabi Yusuf pada saat bertemu keluarganya adalah sikap yang toleran, penuh kasih sayang, dan yang terpenting, mampu mengampuni kesalahan orang lain
Kita tidak boleh menyerah pada perasaan negatif dan kebencian, sebab dengan itu kita hanya akan menjadi lebih lemah dan merugikan diri sendiri.
Sebagai manusia, tidak ada yang sempurna dan kita semua pasti pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan.
Oleh karena itu, mengampuni kesalahan orang lain adalah sikap yang sangat terpuji dan patut ditiru.