Warganet Mulai Mempertanyakan Salah Input di Sirekap-SwaraWarta.co.id (Sumber: Detik) |
SwaraWarta.co.id – Eks Ketua KPU RI, Ilham Saputra, menyoroti pentingnya KPU memberikan penjelasan menyeluruh terkait kesalahan hitung suara TPS dalam Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ilham mengungkapkan kekhawatirannya bahwa jika tidak ada klarifikasi, masyarakat dapat menginterpretasikan insiden ini sebagai kecurangan.
Poin utamanya adalah KPU harus segera menjelaskan penyebab masalah ini untuk mencegah kegaduhan dan memberikan pengertian kepada publik.
Ilham mengakui kemungkinan kesalahan ini dapat berasal dari KPPS di TPS atau bahkan dari sistem itu sendiri.
Dia tidak menutup peluang adanya unsur kesengajaan dalam kasus ini.
Ilham menekankan perlunya KPU mengklarifikasi apakah kesalahan terjadi karena kelalaian KPPS dalam mengisi format atau memang ada niat jahat di baliknya.
Selain memberikan penjelasan teknis, Ilham mengingatkan KPU untuk menyampaikan kepada publik bahwa suara yang dianggap sah adalah hasil rekapitulasi manual dari tingkat TPS hingga nasional.
Dia menyoroti kurangnya klarifikasi KPU mengenai hal ini dan menekankan pentingnya memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat.
Ilham juga menjelaskan bahwa Sirekap menggunakan teknologi pengenalan tanda optis (OMR) dan pengenalan karakter optis (OCR).
Sistem ini dapat mengenali pola dan tulisan tangan pada formulir C-Hasil plano di TPS, mengonversinya menjadi data numerik, dan mengirimkannya ke server.
Meskipun demikian, kesalahan hitung yang banyak dibicarakan di media sosial menimbulkan keraguan terhadap akurasi Sirekap.
Beberapa akun di media sosial, seperti X/Twitter, yang mengaku sebagai admin Sirekap di TPS, menyatakan kesulitan mengubah data yang terbaca salah oleh Sirekap.
Akun @zenitlestari, sebagai contoh, merangkum temuan warganet tentang ketidaksesuaian data Sirekap dengan formulir C-Hasil plano.
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius terkait keandalan sistem dan keabsahan hasil pemilu.
Dalam menghadapi kontroversi ini, KPU perlu merespons dengan cepat dan transparan.
Memberikan klarifikasi menyeluruh tentang penyebab kesalahan, apakah itu karena kesalahan KPPS, sistem, atau unsur kesengajaan, akan membantu merestorasi kepercayaan publik.
Selain itu, KPU harus lebih proaktif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai proses rekapitulasi suara secara manual dan teknologi yang digunakan dalam Sirekap.
Keamanan dan integritas sistem juga perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan oleh Sirekap dapat diandalkan.
Peningkatan transparansi dan partisipasi publik dalam pemantauan dan evaluasi proses pemilu juga dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap hasil yang diumumkan.
Penting untuk dicatat bahwa pemilu yang adil dan transparan adalah kunci utama untuk mempertahankan kepercayaan publik dalam demokrasi.
Oleh karena itu, KPU perlu menunjukkan komitmen untuk memperbaiki kesalahan, meningkatkan sistem, dan memastikan bahwa pemilu berikutnya dapat berlangsung dengan lancar dan dapat dipercaya oleh semua pihak.***