Gerbang makam Raden Batoro Katong ( Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Raden Batoro Katong, seorang sosok penting dalam sejarah Ponorogo yang tak hanya dikenal sebagai figur sejarah, namun juga dihargai oleh kalangan santri.
Hal ini karena Raden Batoro Katong karena kontribusinya sebagai penguasa pertama Ponorogo serta pelopor penyebaran agama Islam di daerah itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam silsilah keturunan, Raden Batoro Katong awalnya dikenal dengan nama Lembu Kanigoro.
Ia merupakan putra dari Prabu Brawijaya V dan selirnya, Putri Campa yang beragama Islam.
Setelah kekuasaan Majapahit meredup, kakak Batoro Katong, Lembu Kenongo, mendirikan Kesultanan Demak Bintoro dan mengundang Batoro Katong untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak.
Meskipun Prabu Brawijaya V sendiri tidak berhasil di-Islamkan oleh Wali Songo, ia menyetujui pernikahannya dengan Putri Campa, yang menimbulkan kekacauan di lingkungan kerajaan Majapahit.
Akhirnya Batoro Katong dipilih oleh penguasa Demak untuk melakukan ekspansi kekuasaan dan penyebaran agama Islam di Ponorogo.
Ia datang ke wilayah Wengker dan memilih Dusun Plampitan sebagai lokasi pemukimannya.
Saat Batoro Katong tiba di Ponorogo, mayoritas masyarakat masih menganut agama Budha, animisme, dan dinamisme.
Namun, dengan pidato yang menggambarkan dirinya sebagai manusia setengah dewa, Katong berhasil kukuh menjadi penguasa Ponorogo, mendirikan istana dan pusat kota serta melakukan Islamisasi Ponorogo secara perlahan namun pasti.
Salah satu tindakan awal yang dilakukan oleh Batoro Katong adalah membabat hutan pada tahun 1486.
Kendati banyak rintangan, termasuk gangguan dari makhluk halus, pekerjaan membabat hutan akhirnya lancar berkat bantuan warok dan para prajurit Wengker.
Hal ini kemudian diikuti dengan pembangunan bangunan dan kedatangan penduduk baru.
Setelah menjadi Kadipaten, Batoro Katong memboyong permaisurinya, Niken Sulastri, ke istananya di Ponorogo.
Sementara adiknya, Suromenggolo, tetap bermukim di Dusun Ngampel. Nama Ponorogo pun kemudian muncul dari gabungan kata “pono” yang berarti pinter atau pintar dan “raga” yang berarti jasmani, menggambarkan masyarakat Ponorogo yang pintar dalam urusan jasmani.
Kisah Batoro Katong memperlihatkan bagaimana penyebaran agama Islam dan ekspansi kekuasaan dapat saling berkaitan.
Batoro Katong mampu mengkombinasikan kedua hal tersebut dan membawa perubahan signifikan dalam sejarah Ponorogo.