Pelaku saat tiba di Polres Ponorogo (Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Sebuah kasus pembunuhan terungkap di Kabupaten Ponorogo. Seorang pria bernama Prasetyo (25) membunuh tetangga sekaligus saudaranya yakni, Suyoto (52).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Motif pembunuhan ini adalah karena Prasetyo merasa sakit hati atas perlakuan Suyoto terhadap ibunya terkait sengketa tanah.
“Saya murni membela ibu saya perihal sengketa tanah,” ujar tersangka Prasetyo di hadapan penyidik Polres Ponorogo, Selasa (2/1)
Menurut Kapolres Ponorogo, AKBP Anton Prasetyo, masalah sengketa tanah ini menjadi awal mula dari sakit hati Prasetyo.
Berdasarkan keterangan dari tersangka, Suyoto sering menyakiti hati ibunya Prasetyo terkait masalah tanah ini. Suyoto juga sering mengancam keluarga Prasetyo.
“Dari keterangan tersangka, korban sering menyakiti hati ibunya pelaku akibat dari masalah tanah tersebut,” kata mantan Kapolres Madiun.
Prasetyo sendiri merupakan seorang perantau yang sebelumnya bekerja di luar negeri dan baru pulang pada tanggal 28 Desember untuk menghadiri acara hajatan.
Kejadian pembunuhan terjadi di malam tahun baru. Prasetyo dan teman-temannya minum miras di rumahnya sampai mabuk.
Namun ketika sudah di rumah, Prasetyo teringat perilaku Suyoto terhadap ibunya dan emosinya tersulut.
“Namun, saat di rumah, tersangka teringat perilaku korban kepada ibunya. Emosi tersangka tersulut dan mendatangi rumah korban, yang kebetulan berada di samping rumah,” terangnya.
Tersangka kemudian mendatangi rumah korban yang berada di samping rumahnya dan terjadilah pembunuhan tersebut.
Polisi menyatakan bahwa motif masalah sakit hati karena sengketa tanah menjadi motif utama yang membuat pelaku tega menghabisi nyawa korban.
Namun pihak kepolisian masih mendalami apakah ada motif lain yang terkait dengan kasus ini.
“Motif sementara yang bisa diungkap tentang sakit hati itu. Masih kami dalami jika ada motif lainnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Prasetyo yang merupakan saudara korban menyerahkan diri setelah terjadi cekcok di depan rumah korban.