Mandi Bareng Pasutri Menurut Syariat-SwaraWarta.co.id (Sumber: Grid.id) |
SwaraWarta.co.id – Pernikahan memiliki tujuan mulia, salah satunya adalah membentuk suasana rumah tangga yang penuh dengan rasa cinta, kedamaian, dan rahmat, yang kemudian melahirkan keturunan yang saleh-salehah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk mencapai hal ini, menjaga kemesraan dan keharmonisan suami-istri dalam perjalanan hidup bersama menjadi kunci penting.
Rasa cinta dan kasih sayang antara suami dan istri perlu diperkuat melalui tindakan-tindakan esensial.
Memandang pasangan dengan penuh kasih, tersenyum, melayani dengan sepenuh hati, bahkan aktivitas sehari-hari seperti mandi bersama dapat menjadi sarana untuk mempererat ikatan tersebut.
Dalam hadis, terdapat cerita bagaimana Rasulullah SAW mandi bersama istrinya, Aisyah, dalam satu wadah atau bejana.
Meskipun ada persetujuan fikih terhadap mandi bersama suami-istri dalam satu bejana atau ruangan tanpa menutup aurat, perlu diingat bahwa ada etika yang sebaiknya diperhatikan.
Penting untuk bergegas menyelesaikan mandi dan menghindari kegiatan berhubungan di dalam kamar mandi, karena dianggap kurang etis.
Selain itu, kamar mandi dianggap sebagai tempat yang tidak pantas untuk aktivitas tersebut, serta dapat menjadi sarang bagi makhluk halus.
Mandi bersama suami-istri menjadi anjuran dalam Islam untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, namun pemahaman etika dan batasan-batasan tetaplah penting.
Berhubungan di kamar mandi, meskipun diperbolehkan menurut beberapa ulama, dinilai kurang beretika karena kamar mandi dianggap sebagai tempat yang kotor dan berpotensi menjadi sarang jin.
Aktivitas berhubungan sendiri memiliki aturan dan etika tersendiri dalam Islam.
Ada doa-doa khusus yang dianjurkan agar diberikan keturunan yang baik.
Mandi Bareng Pasutri Sesuai Syariat-SwaraWarta.co.id (Sumber: Grid.id) |
Oleh karena itu, selain menjaga kebersihan dan etika dalam berhubungan suami-istri, memperhatikan doa-doanya juga menjadi bagian penting dari tata cara tersebut.
Dalam pandangan sebagian ulama, meskipun diperbolehkan, berhubungan di kamar mandi dinilai kurang etis.
Kamar mandi dianggap sebagai tempat yang tidak layak untuk aktivitas tersebut, mengingat sifatnya yang kotor dan terkait dengan makhluk halus.
Oleh karena itu, penting bagi suami-istri untuk memahami batasan etika dalam menjaga keintiman mereka.
Secara keseluruhan, menjaga keharmonisan suami-istri melibatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Islam.
Mandi bersama, meskipun dianjurkan, harus dilakukan dengan memperhatikan etika dan batasan.
Begitu pula dengan aktivitas hubungan, yang membutuhkan tata cara khusus dan doa-doa yang mendukung.
Dengan menjalani pernikahan sesuai dengan ajaran agama, diharapkan dapat terwujud rumah tangga yang penuh dengan cinta, ketenangan, dan berkah.***