Salah Satu Pabrik Pengolahan Karet-SwaraWarta.co.id (Sumber: Bisnis.com) |
SwaraWarta.co.id – Industri pengolahan karet di dalam negeri mengalami tantangan serius dengan penurunan produksi yang terus berlangsung sejak tahun 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut laporan, beberapa pabrik pengolahan karet di dalam negeri harus menutup pintunya akibat kondisi ini.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia, Erwin Tunas, mengidentifikasi empat penyebab utama dari penurunan produksi ini.
Pertama, harga karet yang stagnan menjadi salah satu penyebab utama.
Ketidakmampuan harga karet untuk naik telah memberikan tekanan tambahan pada pabrik pengolahan, mempengaruhi kesejahteraan industri secara keseluruhan.
Kondisi ini memaksa produsen untuk mencari cara-cara inovatif untuk tetap bersaing di pasar.
Kedua, serangan penyakit gugur daun menjadi faktor yang signifikan dalam penurunan produktivitas kebun karet.
Gangguan ini mengakibatkan turunnya hasil panen, mengurangi pasokan bahan baku yang vital untuk pabrik pengolahan.
Upaya pencegahan dan penanganan penyakit menjadi kunci untuk memastikan kesehatan kebun karet dan menjaga tingkat produksi yang optimal.
Ketiga, kurangnya tenaga kerja penyadap juga memberikan dampak serius.
Penyadap karet memiliki peran krusial dalam proses pengumpulan getah karet dari pohon-pohon karet.
Jika tenaga kerja ini kurang, produksi karet terganggu dan berpotensi menurun secara drastis.
Pelatihan dan motivasi untuk para penyadap karet mungkin menjadi langkah penting dalam mengatasi masalah ini.
Keempat, konversi kebun karet ke tanaman lain telah menyumbang pada penurunan produksi.
Kebun karet yang beralih fungsi ke tanaman lain dapat mengakibatkan kurangnya pasokan bahan baku untuk pabrik pengolahan karet.
Diperlukan kebijakan yang tepat untuk menjaga keberlanjutan kebun karet dan mencegah konversi yang berlebihan.
Erwin Tunas, dalam pernyataannya kepada CNBC Indonesia, menjelaskan bahwa pabrik pengolahan karet yang menghasilkan crumb rubber (SIR) menjadi salah satu yang paling terdampak. Utilisasi pabrik tersebut terus menurun hingga di bawah 50% kapasitas produksi.
Dalam rentang waktu enam tahun sejak 2018, 48 pabrik crumb rubber telah ditutup, menyisakan 104 pabrik yang masih beroperasi dari total 152.
Meskipun kondisi saat ini menunjukkan tantangan serius, Erwin Tunas tetap memandang peluang positif untuk industri pengolahan karet ke depan.
Dia menyebut bahwa permintaan global terus meningkat, dan dalam beberapa tahun mendatang, diperkirakan akan terjadi defisit pasokan karet alam secara global.
Pernyataan ini memberikan harapan bahwa meskipun saat ini mengalami kesulitan, industri karet di dalam negeri masih memiliki potensi pertumbuhan di masa mendatang.
Tantangan yang dihadapi industri pengolahan karet memerlukan solusi holistik, melibatkan kerjasama antara pemerintah, produsen, dan pelaku industri.
Kebijakan yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan, pengelolaan penyakit tanaman yang efektif, serta program pelatihan dan peningkatan keterampilan untuk tenaga kerja penyadap dapat menjadi langkah-langkah kunci dalam mengatasi penurunan produksi yang berkelanjutan.***