Waspada 7 Gunung Berapi di Jawa Barat ini Selama Musim Hujan-SwaraWarta.co.id (Sumber: BBC) |
SwaraWarta.co.id – Sebanyak 7 gunung berapi yang ada di Provinsi Jawa Barat ini diimbau untuk tidak dikunjungi selama musim hujan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ada banyak hal alasan kenapa ketujuh gunung berapi ini harus dihindari, salah satunya kemunculan gas beracun di sekitar kawah seperti yang terjadi di Gunung Gede Pangrango, Cianjur-Sukabumi.
Gas ini sifatnya mematikan jadi sangat berbahaya bila terhirup oleh para pendaki.
Bahkan PVMBG Badan Geologi mengingatkan masyarakat, khususnya para pendaki, untuk tetap waspada terhadap aktivitas tujuh gunung berapi di Jawa Barat selama musim hujan.
Meski status ketujuh gunung berapi ini masih normal, tetapi kepada siapa pun, terutama para pendaki dituntut untuk waspada.
Karena hal itulah para petugas menyarankan agar masyarakat yang berencana mendaki untuk tidak melakukannya saat musim hujan.
Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala PVMBG Hendra Gunawan di Bandung, pada Jumat (8/12).
Hendra menjelaskan bahwa tujuh gunung berapi yang perlu diwaspadai mencakup Tangkuban Perahu di Bandung, Salak di Bogor, Gede di Cianjur-Sukabumi, Guntur dan Papandayan di Garut, Galunggung di Tasikmalaya, dan Ciremai di Majalengka-Kuningan.
Menurut Hendra, adanya musim hujan dapat meningkatkan potensi gunung untuk erupsi.
“Kita juga menyarankan agar saat hujan minimal tidak mendekati kawah. Memang menyenangkan, tapi kalau bisa tahan dulu lah untuk mendaki,” tuturnya mencoba mengingatkan.
Hendra menyatakan bahwa gunung berapi yang tampak tenang justru lebih berisiko ketika didaki.
Alasannya, tingkat kewaspadaan para pendaki cenderung menurun dibandingkan saat gunung berapi sedang aktif.
Menurut Hendra, hal ini terlihat pada kasus Gunung Marapi di Sumatera Barat, yang pada kenyataannya dalam keadaan tenang.
Bahkan beberapa hari sebelum terjadi erupsi, masih banyak pendaki yang mengabadikan kondisi di kawah gunung tersebut.
“Justru oaling berbahaya itu jika tidak ada tanda-tanda, tiba-tiba muncul asap. Sejauh ini, para pendaki merasa aman selama musim hujan, padahal risiko erupsi lebih tinggi,” ucapnya lagi.
Lebih jauh, Hendra menyampaikan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan balai yang bertanggung jawab di setiap gunung berapi dan secara rutin memberikan imbauan kepada kepala daerah, masyarakat, termasuk para pendaki. Ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap bahaya pendakian gunung berapi yang selalu mengintai.
Beberapa risiko tersebut termasuk kondisi di mana tidak ada sinar matahari di gunung, yang dapat menyebabkan konsentrasi gas vulkanik yang berbahaya bagi pendaki dan berpotensi mengakibatkan situasi yang fatal.
“Hal serupa telah terjadi di Gunung Sindoro, dan kami berharap agar kejadian tersebut tidak terulang,” tambahnya sekali lagi.
Hendra menjelaskan bahwa saat ini semua gunung berapi di Jawa Barat sedang dipantau dengan menggunakan berbagai peralatan yang memadai.
Satu gunung khusus mendapatkan perhatian lebih, yaitu Gunung Guntur di Kabupaten Garut.
Perhatian tambahan ini disebabkan oleh hasil analisis para ahli yang menunjukkan bahwa gunung berapi tersebut memiliki siklus letusan setiap 60 tahun, dan Gunung Guntur terakhir kali erupsi pada tahun 1847.
“Prediksi gunung berapi ini memang sulit. Meskipun sebenarnya, jika mengacu pada siklusnya, seharusnya sudah waktunya. Namun, faktor alam yang banyak menentukan kapan gunung bisa meletus,” tandasnya.
Jadi untuk para pendaki diimbau untuk lebih hati-hati lagi.***