PLTU di Kota-Kota Penyangga Jadi Penyebab Pencemaran Udara di DKI Jakarta

- Redaksi

Monday, 11 September 2023 - 05:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). (cwizner/pixabay)


SwaraWarta.co.id –
Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) baru-baru ini mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama polusi udara di DKI Jakarta, khususnya kadar PM2.5, adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang terletak di kota-kota penyangga atau daerah sekitarnya. Data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pada Senin (11/9) pukul 07.00 WIB menunjukkan bahwa Jakarta memiliki indeks kualitas udara (AQI) sebesar 154 dengan kadar PM2.5 sebesar 61,3µg/m³ (Kategori: Tidak Sehat).

Angka ini menempatkan Jakarta pada peringkat kedelapan di tingkat nasional dan peringkat ketiga secara global. Peringkat pertama di dunia dipegang oleh Johannesburg, Afrika Selatan (AQI 169), sedangkan peringkat pertama di tingkat nasional adalah Sampit, Kalimantan Tengah (AQI 184).

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tahun 2020, sumber polusi udara di Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Transportasi (67,04 persen)

2. Industri (26,8 persen)

3. Pembangkit listrik (5,7 persen)

4. Perumahan (0,42 persen)

5. Komersial (0,02 persen)

Namun, studi yang dilakukan oleh CREA mengungkap bahwa polusi udara di Jakarta tidak hanya terkait dengan PM2.5. Terdapat juga emisi polutan lain yang mengubahnya menjadi partikel PM2.5, seperti emisi sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx).

CREA menemukan bahwa sektor ketenagalistrikan (PLTU) adalah penyumbang emisi SO2 yang dominan sebesar 93 persen, sementara transportasi menjadi penyumbang emisi NOx terbesar sebesar 56 persen, diikuti oleh sektor ketenagalistrikan dan industri.

Emisi dari PLTU di daerah sekitar Jakarta dapat terbawa oleh angin hingga mencapai Jakarta. CREA mencatat bahwa Jakarta dikelilingi oleh sekitar selusin PLTU batu bara dalam radius sekitar 100 kilometer.

Penelitian CREA juga menggunakan model HYSPLIT yang memungkinkan penilaian terhadap sumber polusi udara berdasarkan data cuaca mendekati waktu sesungguhnya. Hasil pemantauan PM2.5 dari stasiun pemantauan Kedutaan Besar AS di Jakarta Pusat menunjukkan korelasi yang kuat dengan model pergerakan asap dari PLTU batu bara yang mencapai wilayah tersebut.

Baca Juga :  Tips Menjadi Konten Kreator untuk Pemula

Hasil kajian CREA menyatakan bahwa kontribusi perkiraan emisi PLTU terhadap konsentrasi PM2.5 harian di Jakarta Pusat antara bulan Juli dan Agustus 2023 bervariasi antara 2 hingga 12 µg/m3, dengan rata-rata 4 µg/m3. Porsi PLTU dalam total tingkat PM2.5 diperkirakan mencapai 5 hingga 31 persen, dengan kontribusi rata-rata sebesar 9 persen.

Beberapa PLTU yang memiliki kontribusi terbesar terhadap polusi PM2.5 di Jakarta selama periode ini adalah PLTU Cikarang Babelan, PLTU Indramayu, PLTU Cilacap, PLTU Lontar, PLTU Cirebon, PLTU FAJAR, PLTU Pindi Deli II, PLTU Purwakarta Indorama, PLTU DSS Serang, PLTU Pelabuhan Ratu, dan PLTU Labuan.

CREA sebelumnya juga telah melakukan penelitian yang menemukan bahwa polusi dari PLTU batu bara dalam radius 100 kilometer dari Kota Jakarta bertanggung jawab atas sekitar 2.500 kematian dini akibat polusi udara per tahun di Jakarta, yang menyebabkan kerugian sebesar Rp5,1 triliun per tahun. Menurut analisis terbaru, Jakarta berada di peringkat keempat tertinggi secara nasional dengan lebih dari 1.600 kematian tahunan yang terkait dengan polusi udara dari PLTU batu bara.

Baca Juga :  Manchester City Menang Dramatis Atas Tottenham Hotspur 1-0 di Piala FA, Bawa City Melaju ke Putaran Kelima

Meskipun demikian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tetap bersikeras bahwa penyebab kualitas udara buruk di Jakarta lebih banyak disebabkan oleh faktor lokal seperti penggunaan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, daripada dampak PLTU di sekitarnya. KLHK berpendapat bahwa sebagian besar emisi dari PLTU tidak mencapai Jakarta, karena angin membawa mereka ke arah Selat Sunda. Menurut KLHK, penyumbang emisi terbesar adalah transportasi sebesar 44 persen, sementara sepeda motor merupakan sebagian besar dari kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta.

Berita Terkait

Masyarakat Gaza Bersukacita, Gencatan Senjata Bawa Harapan Baru
TikTok di Ambang Penutupan di AS, Jutaan Pengguna Terancam Kehilangan Akses
Pertamina Raih Penghargaan Tertinggi di Indonesia Green Award 2025 atas Komitmen Lingkungan
Mbak Ita dan Suami Izin dari Panggilan KPK, Terungkap Ini Alasannya
Evakuasi Banjir, Pria di Lampung Tewas Tersetrum Listrik
Ayah Pramugari Korban Kebakaran Glodok Plaza Berharap Mukjizat: Skenario Tuhan
Positif Narkoba, Pelaku Pembunuhan Satpam di Bogor Terungkap
Presiden Prabowo Subianto Ingin Infrastruktur Dipegang Swasta, AHY Beri Respon Tak Terduga

Berita Terkait

Saturday, 18 January 2025 - 14:29 WIB

Masyarakat Gaza Bersukacita, Gencatan Senjata Bawa Harapan Baru

Saturday, 18 January 2025 - 14:13 WIB

TikTok di Ambang Penutupan di AS, Jutaan Pengguna Terancam Kehilangan Akses

Saturday, 18 January 2025 - 09:21 WIB

Pertamina Raih Penghargaan Tertinggi di Indonesia Green Award 2025 atas Komitmen Lingkungan

Saturday, 18 January 2025 - 09:10 WIB

Mbak Ita dan Suami Izin dari Panggilan KPK, Terungkap Ini Alasannya

Saturday, 18 January 2025 - 09:06 WIB

Evakuasi Banjir, Pria di Lampung Tewas Tersetrum Listrik

Berita Terbaru

50 mL Berapa Sendok Makan

Pendidikan

50 mL Berapa Sendok Makan? Panduan Lengkap Konversi Takaran

Saturday, 18 Jan 2025 - 14:42 WIB

Masyarakat Gaza Bersukacita, Gencatan Senjata Bawa Harapan Baru

Berita

Masyarakat Gaza Bersukacita, Gencatan Senjata Bawa Harapan Baru

Saturday, 18 Jan 2025 - 14:29 WIB

Mengapa Rumah Adat Perlu Dilestarikan

Pendidikan

Mengapa Rumah Adat Perlu Dilestarikan? Simak Penjelasannya!

Saturday, 18 Jan 2025 - 14:20 WIB