Terungkap Ini Alasan Masyarakat Baduy Tidak Takut Kemarau Panjang (IG/ coklat_jerami) |
SwaraWarta.co.id- Di tengah masyarakat yang khawatir terkait kemarau panjang, justru masyarakat Baduy merasa santai. Padahal kemarau membuat sejumlah pihak turut merasakan dampak seperti ketersediaan air bersih menipis hingga mahalnya kebutuhan seperti beras.
Alih-alih merasa khawatir, justru masyarakat Baduy merasa tenang lantaran memiliki ketersediaan beras untuk 10 tahun mendatang. Masyarakat Baduy yang terletak di desa Kenekes, Lebak Banten ini sudah tidak mendapat hujan selama hampir 4 bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu membuat sejumlah aktivitas pekerjaan utama yakni bertani mengalami penurunan secara drastis. Bahkan hasil panen padi di daerah tersebut juga ikut merosot akibat kemarau panjang yang tidak kunjung usai.
Meskipun kemarau terjadi, masyarakat Baduy tetap melakukan aktivitas menanam padi. Terlepas dari hasilnya yang kurang maksimal. Kepala desa setempat mengatakan bahwa masyarakat Baduy tidak khawatir terkait ketersediaan beras dilingkungan tersebut.
Pasalnya setiap masyarakat Baduy telah memiliki ketersediaan beras yang bisa digunakan dalam kurun waktu panjang. Masing-masing masyarakat mempunyai leuit satu. Yang mana leuit tersebut mampu menyediakan kebutuhan beras selama 100 tahun.
“Kami menyimpan padi di leuit (lumbung) setiap warga minimal punya satu, dan satu leuit bisa mencukupi hingga 100 tahun,” ungkap Saija selaku kepala desa Kenekes kepada awak media.
Menariknya padi yang disimpan pada leuit atau lumbung bisa bertahan selama ratusan tahun tanpa mengalami kerusakan sedikitpun. Hal ini lantaran padi yang ditanam oleh masyarakat Baduy tanpa mengandung bahan kimia berbahaya.
“Jadi padinya awet, asal jangan bocor saja leuitnya,” sambungnya.
Satu lumbung yang berukuran kecil mampu menampung hingga 500 ikat padi. Sementara lumbung dengan ukuran besar bisa menampung hingga ribuan ikat padi. Padi tersebut bisa bertahan hingga bertahun-tahun asalkan lumbungnya tidak mengalami kebocoran.
Hingga berita ini dimuat terdapat sekitar 7.000 lumbung yang tersebar di berbagai wilayah Baduy. Lumbung padi tersebut setidaknya telah dimiliki sekitar 3.000 kepala keluarga masyarakat Baduy.
Kepala desa setempat mengatakan bahwa masyarakat Baduy tidak pernah menjual padi hasil panennya. Hal ini lantaran ada larangan dari adat istiadat setempat. Padi tersebut akan diolah saat terdapat acara hajatan maupun momen-momen tertentu.
Sementara dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Baduy akan menyisihkan sedikit hasil panen untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini berlaku sampai dengan masa panen berikutnya.